Panitia penyelenggara pertandingan (panpel) Arema tak ingin kecolongan oleh oknum Aremania yang nekat menggunakan atribut. Karenanya, di setiap pintu masuk Stadion Kanjuruhan, panpel menggeledah setiap Aremania.
Bila ditemukan ada yang memakai atribut Aremania, penonton dipersilakan keluar untuk melepas atributnya terlebih dahulu. Semua penjaga pintu tampak menggeledah tas, dikhawatirkan dalam tas ada atribut. Selain itu, tubuh Aremania juga diperiksa. Hasilnya, puluhan Aremania yang melilitkan syal bertuliskan Aremania di pinggang bisa terdeteksi.
Tak hanya itu, penonton berjaket juga diwajibkan untuk membuka jaketnya terlebih dahulu. Terbukti, beberapa Aremania yang berjaket ternyata menggunakan kaos bertuliskan Aremania.
Panpel juga tak mau kecolongan trik oknum Aremania yang membalik kaos atau bajunya. Penonton yang membalik bajunya tersebut diperiksa. Kecurigaan panpel beralasan, penonton yang membalik bajunya adalah penonton yang menggunakan kostum bertuliskan Aremania.
Numik, salah satu penjaga pintu mengatakan, setiap penjaga sudah dinstruksikan untuk mengawasi ketat Aremania yang akan masuk ke stadion. Sebab, Arema tak ingin adanya sanksi tambahan bagi klub ataupun Aremania dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. "Saya sebenarnya tak tega mengusir mereka. Tapi, saya harus melakukannya, karena ini demi kebaikan bersama," kata pria yang akrab dipanggil Pak Tua tersebut.Ketatnya aturan masuk itu membawa berkah bagi kios-kios yang ada di komplek Stadion Kanjuruhan. Beberapa kios secara mendadak membuka usaha jasa penitipan atribut. Salah satunya yang dilakukan kafe K-39 yang terletak di sebelah pintu 8.
"Sebenarnya kami tak membuka usaha penitipan. Namun, kami kasihan. Jika atribut mereka tak dititipkan, maka mereka tak bisa masuk. Padahal, sudah telanjur membeli tiket," ucap Robby, salah satu penjaga kafe.
Untuk usaha penitipan atributnya tersebut, setiap Aremania yang menggunakan jasanya dikenai tarif Rp 1.000. "Saya sudah tahu kalau menggunakan atribut dilarang. Tapi saya coba-coba. Siapa tahu bisa masuk," kata Arif, Aremania yang mengaku berasal dari Bululawang tersebut.
Selain ketat terhadap atribut, di setiap pintu masuk, panpel juga sudah menyiapkan kantong plastik dan sedotan. Gunanya, penonton yang membawa minuman dalam botol tak membawa masuk botolnya ke stadion. Sehingga isi botol dituangkan dalam plastik.
Sayangnya, kerja keras panpel dalam menuang botol ini tak berhasil 100 persen. Lemparan botol mineral masih terjadi di beberapa sudut. Itu karena pedagang asongan yang berjualan di tribun tak dilarang berdagang air dalam kemasan botol. (JP)