Hingga kemarin siapa yang akan memegang kendali Arema masih belum jelas. Meski dari sisi kesempatan, nama Eddy Rumpoko berada di posisi teratas, disusul Pemkot Malang, namun hingga kini pun masih belum bisa dijadikan pegangan. Oh Arema...!!!
''Siapapun yang memang Arema harus konsisten dan benar-benar membawa Arema sebagai tim sepakbola. Meski Aremania bukan jadi pemilik Arema, tapi kami merasa sangat memiliki. Ini bukan ideologi yang membabi buta. Tapi, bagi kami Arema adalah spirit.''
Begitulah salah satu komentar yang masuk ke redaksi Radar Malang yang mencapai 1.300 lebih SMS. Bagi Aremania, memang Arema merupakan spirit. Namun jika hingga kini masih terkatung-katung nasibnya, tentu keikutsertaan Arema di ISL musim ini terancam.
Apalagi BLI sudah men-deadline tim berjuluk Singo Edan ini hingga akhir Agustus verifikasi tim. Nyatanya, hingga minggu terakhir Juli, pihak yang berkompeten dengan Arema masih belum menentukan ke mana tim ini akan berlabuh.
Yayasan Arema hingga sore kemarin pun belum melakukan deal dengan beberapa calon pengelola Arema. Meskipun saat ini tinggal menyisakan dua kandidat kuat yakni Pemkot Malang dan Eddy Rumpoko. Sedangkan dua investor dari Jakarta sudah mengundurkan diri.
Belum adanya keputusan yayasan terkait pengelola baru itu karena calon pengelola baru dinilai belum meyakinkan yayasan terkait tiga syarat. Yakni, Arema harus tinggal di Malang, pengelola baru tetap memakai nama Arema, dan adanya jaminan Arema tetap bermain di kompetisi Indonesia Super League (ISL).
"Belum ada kesepakatan (dengan siapa pun). Nanti kalau sudah ada keputusan akan kami umumkan ke media," ujar Pembina Yayasan Arema Darjoto Setyawan lewat SMS kemarin. Sayang, Darjoto tidak bersedia membeberkan penyebab belum adanya deal dengan salah satu pengelola baru Arema.
Sumber terpercaya Radar mengungkapkan, penyebab belum adanya deal dengan pengelola baru karena belum adanya kejelasan kompensasi yang diminta Bentoel dari calon pengelola baru. Bentoel meminta kompensasi karena akan mengucurkan dana Rp 7,5 miliar untuk Arema.
Kompensasi yang diminta Bentoel itu bisa berupa pemasangan branding produk di kostum pemain atau reklame di pinggir stadion setiap kali Arema bertanding. Namun itu membuat Bentoel keti-ketir karena adanya regulasi BLI (Badan Liga Indonesia) yang tidak memungkinkan pemasangan branding Bentoel di kostum tim jika sponsor ISL adalah perusahaan rokok.
Jika itu terjadi, Bentoel pun minta kompensasi pemasangan reklame produk Bentoel di tempat lain. Misalnya di kawasan Kota Malang dan Kota Batu. Karena kebetulan dua calon pengelola baru Arema adalah Pemkot Malang dan Eddy Rumpoko yang kebetulan wali kota Batu.
Kompensasi yang diminta Bentoel inilah yang belum bisa dikonkretkan para calon pengelola baru. Sehingga, pelepasan Arema masih tarik ulur.
Benarkah? Sekkota Malang Bambang Dh Suyono mengaku dirinya tidak mengetahui adanya kompensasi branding yang diminta PT Bentoel itu. Sebab dalam negosiasi yang dilakukan antara PT Bentoel dengan Pemkot Malang tidak membicarakan soal kompensasi branding. "Pembicaraan yang kami lakukan tidak ada yang menyangkut soal itu (branding, Red). Tapi saya tidak tahu kalau ada keinginan tersebut, tapi Bentoel belum bicara dengan kami," terang Bambang Dh Suyono usai membuka kompetisi Liga Anak PS Alap-Alap U- 9 tahun di Lapangan Yon Arhanudri 2 Kostrad, kemarin.
Bambang menegaskan, pemkot sudah sepakat dengan tiga syarat yang diajukan Yayasan Arema. Yakni Arema tetap tinggal di Malang, pengelola baru tetap mencantumkan nama Arema, dan adanya jaminan Arema bisa bermain di kompetisi ISL.
Namun, faktanya, hingga saat ini Yayasan Arema juga belum ada keputusan melepas hak pengelolaan dan kepemilikan Arema ke pemkot. "Intinya, kami sepakat dengan tiga syarat tersebut," tuturnya.
Melihat tiga syarat yang diajukan yayasan, kata Bambang, tidak ada yang perlu dikhawatirkan Yayasan Arema jika diserahkan ke Pemkot Malang. Karena pemkot sendiri bersedia menjadi pengelola baru Arema dengan tujuan menyelamatkan Arema jika PT Bentoel memang tidak mampu lagi menjadi pengelola Arema. Mengingat Arema merupakan aset sekaligus ikon Kota Malang.
Apabila Arema jadi diserahkan ke Pemkot Malang, lanjut Bambang, tentunya akan ada merger. Sebab pemkot tidak diperkenankan mengelola dua tim yang sama di level ISL. Sehingga pilihannya harus merger.
Tapi idealnya di Malang harus tetap dua tim, yakni Arema dan Persema. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan Pemkot Malang nantinya mencarikan investor lain untuk mengelola Arema. "Tapi kami tegaskan, merger dengan Persema adalah opsi terakhir. Saat ini pelepasan hak pengelolaan Arema tergantung dari Yayasan Arema. Pada prinsipnya kami sudah siap," tegasnya.
Dengan kondisi itu, hingga kini nasib siapa yang mengelola Arema pun masih menggantung. Sementara waktu terus berjalan menuju deadline BLI yang kurang lima minggu lagi. Dengan waktu yang mepet itu, siapa pun pengurusnya nanti tentu harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi verifikasi BLI.
Dalam sisi tim, Arema pun tinggal menyisakan tiga pemain. Meraka adalah Benny Wahyudi (bek kanan), Kurnia Meiga (penjaga gawang), dan Dendi Santoso (striker). Sedang pemain lainnya sudah menentukan nasibnya sendiri-sendiri.
Sementara, pelatih Gusnul Yakin juga sudah tidak terikat kontrak dengan Singo Edan. Begitu juga dengan pelatih kiper Benny Van Bruekelen juga masih belum jelas berlabuh ke mana. Tak cuma itu, Albert Mangantar (pelatih fisik) juga sudah lebih dulu meninggalkan Arema di tengah musim kompetisi. Begitu juga dengan Bambang Nurdiansyah juga telah lama meninggalkan Arema.
Praktis, kini Arema harus berpacu memeprbaiki tim. Sementara, jika kondisi seperti ini berlarut-larut, Arema terancam tidak bisa ikut ISL. (gus/war)