MALANG - Manajemen Arema menerapkan aturan baru untuk mengurangi risiko cedera pemain. Yakni mewajibkan semua pemain untuk menggunakan deker atau pelindung kaki pada saat bertanding resmi ataupun di waktu latihan.
Bagi pemain yang tertangkap basah tak menggunakan deker, manajemen langsung akan memberikan sanksi berupa denda. Hanya saja, besaran denda yang ditetapkan manajemen belum diketahui nilainya. "Aturan penggunaan deker diterapkan agar tak merugikan pemain ataupun tim secara keseluruhan," kata Muhammad Taufan, asisten manajer Arema.
Berdasarkan fakta yang ada selama ini, cedera bukan hanya disebabkan benturan dengan pemain lawan, tapi bisa juga dikarenakan faktor kelalaian pemain. Salah satunya adalah tak menggunakan peralatan yang memadai ataupun kurang melakukan pemanasan.
Akan sangat merugikan tim jika cedera hanya karena faktor kelalaian. Sebab tenaga pemain yang bersangkutan tak bisa digunakan oleh tim. Padahal, klub mengontrak pemain dengan tujuan bisa digunakan setiap waktu. Bagi pemain sendiri, cedera merupakan momok. Banyak pemain yang karirnya terhambat atau bahkan berhenti sama sekali akibat cedera.
Menurut Taufan, penggunaan deker itu merupakan salah satu cara mengampanyekan keamanan dan keselamatan kerja (K3) di lingkungan sepak bola.
Bagi pemain Arema adanya aturan wajib menggunakan pelindung kaki saat latihan bukanlah hal yang memberatkan. Mereka bisa dengan lapang dada menerima aturan yang sudah ditetapkan manajemen klub yang berlogo kepala singa tersebut.
"Pemain tak mempermasalahkan aturan itu. Sebab, hampir semua pemain selalu menggunakan deker dalam setiap latihan ataupun pertandingan," terang Ahmad Bustomi, gelandang Arema.
Mantan pemain Persema tersebut menambahkan, pemain sudah menyadari risiko yang cukup berat akan diterima dirinya bila tak menggunakan deker. (fir)