Jupri, Kepala Sekolah SD yang Juga Komikus Produktif
Gugah Semangat lewat Tokoh Berbadan Tegap
Membuat komik dilakoni Jupri sejak duduk di bangku SD. Idenya tak jauh-jauh dari sang guru yang membimbingnya 30 tahun lalu. Hingga kemarin, sudah sembilan judul komik dibuat kepala sekolah SDN Bakalan Krajan 2 ini.
Yosi Arbianto
------------------------------------
Sebuah meja kerja menghadap pintu belakang rumah Jupri, Kampung Kemantren Gang II RT 5 RW 3 Bandungrejosari, Sukun Kota Malang. Di atasnya penuh gambar komik dan sketsa. Di balik meja persegi itu, lulusan sarjana kependidikan jurusan Bahasa Indonesia ini tengah inking. Dalam bahasa para pembuat komik, inking artinya memberi tinta sketsa komik yang sebelumnya dia gambar menggunakan pensil.
Komik yang tengah Jupri garap berjudul Galang. Goresan tangannya lincah. Sesaat membentuk garis-garis simetris dan melengkung. Dia tampak sangat telaten. Beberapa merek pulpen tinta yang ia gunakan terserak di sudut meja beralas kaca bening tersebut.
Jupri sementara tak bisa beranjak jauh-jauh dari meja kerja di rumahnya. Dia harus mengenakan kruk untuk berjalan. Paling jauh dia berjalan ke meja makan, kamar mandi, dan kamar tidur. Penyebabnya, tulang kering kaki kanannya patah dan harus dipen delapan buah. Itu akibat kecelakaan yang menimpanya di pertigaan Kacuk, Sukun, 14 Agustus 2008 lalu. Dia kini dalam masa penyembuhan.
"Dokter bilang tiga bulan baru tulangnya nyambung. Jadi kerjaan sekolah saya bawa ke sini juga," kata bapak kelahiran Pasuruan 38 tahun lalu ini. "Saya kan masih di bawah 40 tahun. Jadi hanya butuh waktu tiga bulan," sambungnya.
Galang adalah komik kelima yang digarap Jupri sejak 2006 lalu. Jenisnya fiksi ilmiah yang bercerita tentang manusia modern yang hidup di tengah manusia purba. Meski digarapnya dua tahun lalu, hingga kemarin tak kunjung selesai.
Jupri pun merasa punya waktu menyelesaikannya saat harus istirahat akibat kecelakaan. Kalau dia bosan duduk di balik meja kerjanya, dia membawa kertas gambar yang sudah tersketsa itu ke kamar tidurnya. "Menjadi kepala sekolah kerjaannya banyak. Makanya tak selesai-selesai," kata penghobi fotografi ini beralasan.
Di balik aktivitas dan kesibukannya, sudah sembilan judul komik dan cerita bergambar ia hasilkan. Sembilan komik itu berjudul Ketika Fajar Menyingsing, Mendung di Atas Kota, Dari Jendela SPG, Pelarian, Gilang Membekuk Komplotan Perampok, Galang, Panji, Langit Membara di Atas Singasari, dan Gasik Pahlawan Desa.
Judul terakhir merebut juara dua lomba cerita bergambar berwarna tingkat SD se-Jatim 2008. "Beberapa dipublikasikan di media cetak intern saja. Belum ada yang komersil," ucap suami Ulfi Aries ini.
Membuat komik dilakukan Jupri sejak kelas 6 SD. Komik pertamanya berjudul Ketika Fajar Menyingsing. Komik itu bercerita tentang Lukman, seorang remaja laki-laki yang diperalat pelarian PKI (Partai Komunis Indonesia). Singkat cerita, Lukman diminta sang oknum membunuh ayahnya yang menjadi kiai kampung. Namun saat menghunus pisau, dia tewas terlebih dahulu ditembak tentara yang sudah sejak lama membuntutinya.
"Saya saat itu terinspirasi cerita guru di kelas. Cerita komik saya itu juga sempat dipentaskan di sekolah," kata komikus otodidak ini.
Dari kegiatan menggambar komik saat SD itu berlanjut hingga SMP dan SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Kegiatan itu tak putus saat dia mulai menjadi guru di MI As Shodiq Kuwolu Bululawang tahun 1990 hingga 1992.
Lalu berlanjut terus saat dia diangkat CPNS hingga menjadi kepala sekolah di SDN Bakalan Krajan 2 Sukun saat ini. "Selain komik, saya juga buat cerpen, karya ilmiah, dan cerita anak. Ya semua dikerjakan di sela-sela kesibukan kerja," katanya.
Jenis komik yang dibuat Jupri bergenre heroik dengan lakon yang digambarkan selalu gagah perkasa. Badan tegap, kekar, dan ada bumbu pertikaian yang seru. Ternyata ada yang mendasari gambaran tersebut. Yakni dia menyukai gambar gagah. Karena kesannya kuat, tangguh, dan pasti menang.
Lebih dari itu, ketika kecil Jupri ingin punya badan tegap dan gagah yang terinspirasi tokoh Silvester Stallone dalam film Rocky. Badan sang petinju dalam film itu juga sempat menginspirasi dirinya untuk ikut membesarkan otot melalui push up dan latihan beban. "Ya memang saya senangnya membuat lakon yang gagah. Seperti Langit Membara di Atas Singasari. Tokohnya tegap," kata bapak berputera satu ini.
Beberapa komik dan cerita bergambar yang dia buat juga untuk kepentingan belajar di kelas. Misalnya komik berjudul Galang. Cerita manusia modern yang hidup di tengah-tengah manusia purba diarahkannya ke penjelasan penyebab gerhana matahari.
Ceritanya, sang tokoh komik (manusia modern) tertangkap dan akan dibunuh manusia purba. Namun lakonnya itu mengatakan pada manusia purba bahwa membunuhnya sama dengan menghilangkan matahari. Sebab dia adalah dewa yang bisa mengambil matahari. Apabila dia dibunuh, maka mataharinya tidak akan kembali.
Kebetulan, saat itu gerhana matahari mulai terjadi. Langit berangsur gelap. Kumpulan manusia purba pun ketakutan dan berbalik menyembah sang manusia modern. Sebab mereka mengira matahari akan diambil dan bumi akan gelap selamanya. "Itu sebagai pembuka pelajaran gerhana matahari. Kalau langsung dijelaskan gerhana matahari karena bulan menutupi matahari, siswa cepat bosan," katanya.
Soal komersialisasi komiknya, Jupri mengaku tidak akan melakukan. Sebab saat ini dunia komik Indonesia nyaris mati diserbu komik Jepang alias Manga. Dia memilih mengembangkan kemampuannya membuat komik untuk kepentingan pembelajaran. Selain komik cetak, Jupri tengah belajar membuat animasi dari gambar yang dia buat. Animasi menggunakan teknologi gambar bergerak Macromedia Flash. Hasil gambar bergerak itu akan diarahkan sebagai salah satu alat pembelajaran.
"Biar siswa nanti nonton film kartun di kelas sebentar. Lalu membahas pelajaran yang berkaitan. Itu lebih bisa jalan ketimbang membuat komik cerita yang sulit menyaingi komik Jepang," kata Jupri yang mengidolakan komikus Don Lawrence, ilustrator kartun Storm ini.
Namun keinginan mempertahankan eksistensi komik Indonesia ada dalam benaknya. Dia tengah berpikir untuk bekerja sama dengan komikus lainnya untuk membuat, mencetak, dan menjual sendiri komik Indonesia. "Siapa tahu lambat laun cerita kayak Si Buta dari Gua Hantu bisa kembali hinggap di benak anak-anak kita," harap guru berprestasi Kota Malang 2002 ini. (*/war)