Ancaman boikot wasit dan tudingan suap yang dilontarkan klub peserta Liga Super 2008/2009 tak membuat Badan Liga Indonesia (BLI) panik.
Direktur Kompetisi BLI Joko Driyono mengatakan,ancaman boikot dan isu suap hanya opini. Karenaitu, BLI tidak bisa menggunakan hal tersebut sebagai referensi utama menetapkan sebuah kebijakan. ”No comment dengan segala ancaman wasit dan wacana lain yang terus berkembang.
Bila ada justification,itu hanya persepsi.Tidak mungkin bila BLI harus merespons setiap keluhan yang muncul satu per satu.Kerap kali keluhan itu pun berbeda dengan yang diutarakan klub lainnya,”tandas Joko kepada SINDO kemarin. BLI berprinsip,wasit yang terbukti bersalah akan ditindak tegas.
”Kami tetap percaya terhadap wasit. Sejauh ini BWSI (Badan Wasit Sepak Bola Indonesia) tidak pernah mengeluhkan masalah itu. Silakan saja bila masyarakat melihat opini tersebut sebagai referensi. Tapi, setiap wasit yang keliru pasti akan dilakukan pembinaan,”paparnya.
Meski begitu, BLI tidak menutup mata atas beberapa kelemahan yang dimiliki wasit. Karena itu, Joko menjanjikan pembenahan akan terus dilakukan. ”Kondisinya memang begitu. Wasit tetap manusia biasa dengan segala kelebihan dan kelemahan, tak terkecuali juga BLI. Kami akui banyak hal yang harus diperbaiki.
Kami memang membiarkan masalah itu muncul apa adanya dahulu. Dengan begitu,kami menjadi tahu harus dari mana menyelesaikannya. Pembenahan terus dilakukan,”ujarnya. Pendapat serupa diungkapkan Ketua BWSI Bernhard Limbong.
Limbong mengaku isu suap yang mencuat dan ancaman boikot wasit merupakan opini perseorangan. Sebab, penelusuran yang dilakukan, BWSI tidak menemukan adanya indikasi wasit disuap. ”Itu semua penafsiran orang per orang saja.
Riilnya tidak demikian.Khusus suap,setiap isu itu muncul tanpa disertai bukti.Wasit disuap tidak ada.Ya, sudah, jangan dikembangkan lagi karena memang tidak ada,” sebut Limbong. Limbong, yang juga wakil ketua Komdis PSSI mengatakan, selama ini wasit selalu mendapat tekanan.
Imbasnya, sikap mereka berubah menjadi agresif saat memimpin pertandingan.”Hal biasa bila wasit ingin melakukan boikot.Mereka selalu dijadikan kambing hitam kerusuhan atau dikejar-kejar, kemudian dipukul. Ya, akhirnya mereka menjadi pusing dan frustrasi. Kami ingin mengubah image negatif wasit, entah itu suka disuap atau buruk dalam menerapkan aturan pertandingan,”lanjutnya.
Karena itu, BWSI sedang menggodok 50 wasit yang mayoritas “bermasalah” di Magelang, 17–21 Oktober. Limbong menjelaskan, pelatihan itu menyangkut peraturan pertandingan dan aplikasinya di lapangan. ”Kami tidak mau terus berwacana, tapi juga ingin menunjukkan bukti keseriusan pembenahan itu.
Pembinaan terhadap wasit bukan berarti mereka salah,tapi belum maksimal dalam menerapkan aturan pertandingan. Mental mereka juga terus ditempa agar tidak ragu dalam memberikan keputusan dan tidak goyah saat diiming-imingi sesuatu,” tandasnya.
Persoalan boikot dan dugaan suap muncul setelah wasit Jimmy Napitupulu sempat mencetuskan perlunya memboikot pertandingan dan menghentikan Liga untuk sementara waktu. Pernyataan Jimmy itu terkait dengan banyaknya insiden yang membuat wasit menjadi korban karena dianggap jadi biang kerok dari berbagai persoalan yang muncul di pertandingan. (Sindo)
BLI / PSSI/ BWSI versus Wasit sopo sing menang hayo ...