Kepemimpinan wasit kerap dituduh sebagai pemicu terjadinya kerusuhan suporter atau aksi anarkistis lainnya.
Salah satunya laga Arema Malang kontra PKT Bontang, Sabtu (13/9), yang berujung rusuh. Kabarnya, kerusuhan itu dipicu keputusan wasit yang dinilai kurang adil dalam memimpin pertandingan.
Wasit Jajat Sudrajat merasakan kondisi seperti itu.Pernah memimpin bentrok Persiwa Wamena dengan Arema Malang pada babak 8 besar Liga Indonesia di Stadion Brawijaya,Rabu (16/1), Jajat dinilai sebagai biang kerok dari kerusuhan yang membuat Aremania–suporter Arema– mengamuk.
Akibatnya, Jajat menerima beberapa kali bogem mentah suporter. Perlakuan serupa diterima asisten wasit Sumarman sehingga pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. ”Wasit dengan keputusannya tidak bisa diposisikan sebagai biang penyulut kerusuhan.
Kerusuhan disebabkan pemain, ofisial, atau suporter yang belum siap menerima kekalahan.Wasit jelas tidak mau rugi dengan memberikan keputusan salah. Bisa-bisa tidak dipercaya BLI memimpin pertandingan. Artinya,wasit akan kehilangan honor,”ungkap wasit senior Indonesia Jimmy Napitupulu kemarin.
Jimmy mengungkapkan, bukan hanya pukulan, beberapa intimidasi juga kerap diterima wasit.Namun, intimidasi terhadap wasit belum terdengar di Liga Super. ”Saat masih Divisi Utama,kami kerap diancam. PSIS Semarang dahulu paling sering memakai jasa preman untuk mengintimidasi wasit. Tapi, lebih parah kompetisi di bawahnya. PSIR Rembang malah menyewa bodyguard lengkap dengan senjata untuk menakut-nakuti kami.Tapi, kami tetap bertugas normal karena tidak mau kehilangan job,”katanya.
Wasit mengakui honor yang diterimanya lebih dari cukup.Sekali bertugas,honor Rp5 juta akan mengalir ke kantong. Belum lagi akomodasi yang diberikan panpel sebesar Rp250.000 per hari.
”Honor itu lebih dari cukup, kan tinggal dikalikan jumlah tugas. Nilai sebanding dengan risiko yang besar. Minimal kami babak belur bila dinilai salah oleh klub atau suporter. Tapi,mendapatkan job tidak mudah. Sebab, BLI menugaskan wasit menurut kelas pertandingan.Hanya wasit kelas A yang boleh memimpin big match,”paparnya.
Badan Liga Indonesia (BLI) mengakui penugasan wasit menurut tingkat kerawanan dan jumlah pertandingan. Namun, mendapatkan wasit berkualitas masih kesulitan lantaran tidak lebih dari 10 orang yang bersertifikat FIFA atau AFC.”BLI yang menugaskan mereka dengan pertimbangan utama seperti itu.Tapi, kami terbentur dengan minimnya wasit berkualitas, sedangkan jumlah pertandingan banyak,” tutur Manajer Legal BLI Tigorshalom Boboy. (Sindo)