Ini peringatan bagi pemain Arema yang mempunyai temperamental tinggi. Mulai Indonesia Super League (ISL) diputar, manajemen dan pelatih tak ingin pemainnya bertindak emosional di lapangan. Apalagi hingga menyebabkan wasit yang memimpin laga mengeluarkan kartu kuning bagi pemain Arema.
Rambu jelas sudah ditetapkan. Pemain yang menerima kartu kuning ataupun kartu merah karena tindakan emosionalnya, maka pemain itu sendiri yang harus membayar dendanya ke BLI (Badan Liga Sepak Bola Indonesia). Termasuk bila Komisi Disiplin (Komdis) PSSI memberikan sanksi tambahan atas tindakan tidak sportifnya.
Dalam Manual Liga Sepak Bola Indonesia (MLI), setiap akumulasi kartu kuning akan dikenai denda Rp 3 juta, kartu merah tidak langsung Rp 4 juta, dan kartu merah langsung Rp 5 juta. Itu belum sanksi tersendiri yang biasanya dikeluarkan komdis.
Aturan itu, jelas pelatih Arema Bambang Nurdiansyah, sedikit banyak akan membatasi pemain untuk berbuat di luar etika fair play. "Langkah manajemen saya dukung. Saya tak ingin ada pemain Arema yang menerima kartu karena stupid think (pelanggaran bodoh). Karena pelanggaran seperti itu merugikan tim," jelas Bambang.
Pelanggaran yang masuk dalam kategori stupid think adalah meludahi wasit dan pemain lawan, memukul atau mendorong wasit dan pemain lawan, mengucapkan kata-kata rasis, serta perbuatan-perbuatan emosional lainnya. "Jika mereka (pemain) melakukan stupid think, maka mereka yang harus menanggungnya," tegasnya.
Itu berbeda jika pemain melakukan pelanggaran yang bersifat technical foul (kesalahan teknis). Pemain yang menerima kartu kuning ataupun merah karena melakukan pelanggaran jenis ini, dendanya akan dibayar manajemen. "Untuk menentukan apakah itu technical foul atau bukan, nanti saya yang akan menentukan. Dan masukan itu yang akan dijadikan dasar oleh manajemen," imbuh mantan pemain Arema era Galatama pada 1989 tersebut.
Manajemen Arema Ekoyono Hartono menerangkan, aturan pembayaran denda bila pemain melakukan kesalahan yang bersifat emosional akan ditetapkan pada musim ini. Diharapkan adanya aturan itu tak mengulangi kesalahan pada musim lalu.
Tahun lalu, banyak pemain Arema yang tak bisa bermain akibat akumulasi kartu. Ironisnya, kartu yang diterima pemain sebagian dikarenakan pelanggaran-pelanggaran yang bersifat emosional. Kondisi itu diperparah lagi dengan banyaknya pemain yang tak bisa tampil karena cedera. Akibatnya, pada pertengahan musim lalu, Arema sempat berada di zona degradasi beberapa pekan.(JP)