MALANG - Meski pengelola Arema sudah mengerucut ke Eddy Rumpoko, namun hingga kemarin masih terjadi tarik ulur. Gara-garanya, beberapa poin kesepakatan antara Yayasan Arema dan Eddy masih belum ada kesepakatan dan baru akan ditentukan dalam dua tiga hari terakhir.
Informasi yang dihimpun Radar, meski sudah yakin 99 persen akan mengelola Arema, namun pihak Eddy tidak bisa serta merta langsung memboyong Arema ke Batu. Sebab, pihak Yayasan Arema masih menginginkan sejumlah poin yang bisa dipenuhi Eddy setelah mengelola Arema nanti.
Untuk menuju kesepakatan itu, peralihan Arema masih butuh proses dua atau tiga hari ke depan. Baik itu proses politik karena melibatkan banyak pihak, juga proses deal yang menghasilkan keuntungan semua pihak. ''Arti keuntungan itu adalah keuntungan untuk Pak Eddy, Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang, dan PT Bentoel sendiri. Mungkin dua tiga hari kelar semua,'' ujar sumber Radar di Batu.
Sekretaris Yayasan Arema Satrija Budi Wibawa secara tidak langsung mengakui ada beberapa hal yang masih belum kelar dalam pembicaraan dengan Eddy. Ia pun masih membutuhkan beberapa pembicaraan dengan sedetail-detailnya. "Justru kami sedang menunggu penjabaran untuk mendapatkan titik temu," tegas Satria siang kemarin tanpa menyebut apa penjabaran yang dimaksud.
Meski begitu informasi sumber Radar, Yayasan Arema sebenarnya menginginkan agar Arema benar-benar menjadi milik Malang Raya. Karena itu, pihak yayasan juga terus berkomunikasi dengan Wali Kota Malang Peni Suparto. Tak cuma itu, pihak yayasan juga menginginkan Stadion Kanjuruhan Kepanjen tetap menjadi tempat pertandingan Arema.
Itu agar Arema menjadi milik Malang Raya. ''Jadi pengelolanya orang Batu, home ground-nya Kota Malang, dan home base-nya di Kepanjen. Meski begitu, untuk memenuhi keinginan ini, ada tarik ulur dan proses politik yang tidak mudah,'' jelas sumber Radar ini.
Kondisi itu, lanjut sumber Radar ini, diperkuat dengan pertemuan Satrija dengan Wali Kota Peni Suparto Rabu malam. Pertemuan itu juga membahas beberapa masalah pemindatanganan Arema ke pihak ketiga yang dianggap krusial itu.
Sayang, Satrija sendiri yang dikonfirmasi juga tidak mau merinci apakah sudah terjadi deal soal masalah-masalah krusial tersebut. ''Yang pasti, kami sepakat mempertahankan eksistensi Arema. Tinggal bagaimana mencapai titik temu masalah yang cukup krusial untuk tetap mempertahankan Arema di Malang ini,'' jelas Satrija.
Eddy Gandeng Empat Pengusaha
Sementara, jika tongkat pengelolaan Arema jatuh ke tangan Eddy Rumpoko, wali kota Batu ini dipastikan tidak akan sendirian mengelola tim berjuluk Singo Edan ini. Orang nomor satu di lingkungan Pemkot Batu itu bakal menggandeng sejumlah pengusaha untuk menghidupi Arema. Bukan hanya pengusaha lokal asal Kota Batu, tapi juga pengusaha di ibu kota Jakarta.
Di Kota Batu, ada nama Edi Antoro, pemilik Hotel dan Agro Kusuma Wisata, dan Sastro Sendjojo, pemilik Jawa Timur Park. Keduanya adalah pengusaha pariwisata dan perhotelan di Kota Batu ini. Sedang dari ibu kota Jakarta, ada nama Nirwan Bakrie yang bakal digandeng Eddy Rumpoko.
Selain ketiga nama tersebut, ada sederetan pengusaha lainnya yang bakal diajak Eddy mengelola Arema. Meski begitu Eddy juga membuka diri pada masyarakat Malang Raya untuk turut serta menyelamatkan Arema.
Dari sederetan pengusaha yang bakal digandeng Eddy, yang sudah menyampaikan kesediaannya adalah pemilik Agro Kusuma. "Pak Edi Antoro sudah siap. Insya Allah Pak Sastro juga akan turut mengelola," kata Eddy ditemui saat panen raya bawang merah di Junrejo, siang kemarin.
Selain kedua pengusaha di Kota Batu itu, masih ada sederetan pengusaha lainnya yang sudah menjalin komunikasi dengan dia untuk turut menyelamatkan Arema. Begitu juga beberapa pengusaha di Jakarta, selain Nirwan Bakrie.
Namun Eddy mengakui belum bisa menggandeng banyak pengusaha untuk turut serta menyelamatkan Arema. Itu karena belum adanya kejelasan penyerahan Arema ke tangan dia dari PT Bentoel. "Yang jelas, Bentoel menyerahkan dulu. Setelah oke, saya baru bisa akses ke mana-mana. Kalau belum diserahkan, masak saya terus ngomong sama mereka," kata wali kota berlatar pengusaha ini.
Dia juga berharap penyerahan Arema itu bisa segera dilakukan. "Mudah-mudahan minggu ini sudah ada finalisasi dengan Bentoel," harapnya.
Terkait pengajuan penambahan dana Rp 2,5 miliar dari Rp 7,5 miliar, Eddy mengatakan, "Dan saya kira masih punya tanggung jawab moril untuk perkembangan Arema. Apalagi juga masih beroperasi di Malang," kata Eddy.
Disinggung soal penataan manajemen Arema, Eddy tidak mau banyak membeber perencanaan yang akan akan dilakukan. Dia beralasan, karena saat ini masih menunggu kepastian penyerahan Arema ke tangan dia. Meski demikian, Eddy menegaskan Arema akan dikelola secara profesional. "Tentunya nanti kami juga akan dikelola orang-orang lama dan menambah dengan menambah orang baru," katanya.
Siapa saja nama-nama orang lama maupun baru yang akan digunakan mengelola manajeman Arema, Eddy belum bisa menyebutkannya. "Itu nantilah, masih akan dibicarakan lebih lanjut.''
Terkait tak kunjung diserahkannya Arema, Eddy juga belum mengetahui dengan pasti. Dia hanya mengira di antaranya adalah terkait administrasi pelepasan.
Sementara, Andi Darussalam Tabusala, mengaku cukup prihatin dengan keberadaan Arema saat ini. Sehingga dirinya akan berusaha maksimal untuk mencarikan pihak ketiga dalam menyelamatkan Arema. Karena Arema sendiri dinilai Andi adalah salah satu klub pioner yang dikelola swasta. ''Saya sangat kecewa kalau Arema tidak bisa tampil di ISL musim ini," tegasnya saat dihubungi lewat ponselnya kemarin siang.
Andi juga mengatakan dirinya cukup optimis, kalau Arema tidak akan ditinggalkan pihak sponsor. Sebab, Arema sendiri adalah klub yang memiliki banyak fenomena yang memiliki daya tarik tersendiri, seperti suporter yang cukup fanatik.
Sehingga hal-hal seperti inilah yang diinginkan sebuah perusahaan untuk mempromosikan produk yang dimilikinya. ''Saya tidak diam melihat hal ini, tapi saya akan berusaha maksimal untuk mencarikan sponsor Arema. Karena saya punya utang budi pada pendiri Arema Acub Zainal," tegasnya. (yon/yak/gus/war)