Jika Pemkot Malang mundur dari bursa pengelola baru Arema, kandidat terkuat tinggal Wali Kota Batu Eddy Rumpoko. Namun, Eddy mempertanyakan keseriusan Yayasan Arema yang akan menyerahkan pengelolaan Arema.
Sikap bertanya putra mantan Wali Kota Malang "Ebes" Sugiyono itu terkait janji pengurus Yayasan Arema ketika mengadakan pertemuan tiga minggu lalu. Yakni dalam seminggu setelah dijanjikan, yayasan akan membeber secara detail teknis penyerahan pengelolaan Arema kepada Eddy. "Saya tiga minggu lalu dijanjikan akan ketemu lagi untuk membahas teknis penyerahan klub Arema. Saya dijanjikan lagi seminggu kemudian. Namun sampai kini, pertemuan itu belum terwujud," ungkapnya saat memberikan keterangan pers di rumah dinas kemarin.
Eddy secara tersirat meminta ada ketegasan dari yayasan Arema dalam penyerahan klub kepada pihak lain. Siapa pun yang diserahi Arema, Eddy hanya ingin orang atau institusi yang ada di Malang. Kalau tidak ada pihak lain di Malang yang bersedia, dia menegaskan mau menerima amanah mengurus Arema.
Soal kesiapan, Eddy menegaskan sekali lagi bahwa dia secara pribadi siap untuk mengelola Arema. Sikap itu juga dia sampaikan kepada Yayasan Arema yang datang menemuinya tiga minggu lalu. Saat itu yang menemuinya adalah Sekretaris Yayasan Arema Satrija Budi Wibawa (SBW) dan seorang staf bagian legal. "Akan saya kelola kalau memang diserahkan kepada saya. Ini klub penuh sejarah dan termasuk yang tertua," tegas Eddy.
Yang jelas, Eddy tidak rela jika Arema harus diboyong ke luar daerah akibat dibeli investor lain. Sebab, Arema mempunyai sejarah yang membumi di Malang. Diawali dengan masa-masa sulit yang dicontohkan Eddy dengan urunan untuk membeli kacang hijau lalu menjadi sebuah klub besar. "Ayah saya dulu juga ikut membesarkan Arema. Saya ke mana-mana ikut. Makanya saya tahu jiwanya Arema ada di Malang. Bukan daerah lain," tandas suami Dewanti Rumpoko ini.
Untuk kelanjutan pembicaraan, Eddy menegaskan menunggu Yayasan Arema. Bagaimana pun, Yayasan Arema (Bentoel) yang saat ini berkuasa terhadap klub Arema. Sehingga Eddy tidak bisa leluasa menagih. "Saya yang ditawari ya nunggu saja. Tetapi tetap saya minta kejelasan jadi apa tidaknya," kata Eddy.
Apakah dana Rp 7,5 miliar yang diberikan Yayasan Arema cukup untuk operasional klub? Eddy mengatakan angka tidak mutlak. Yang juga penting adalah pengelolaan. Ketika bisa dikelola secara profesional, angka Rp 7,5 miliar itu cukup. "Kalau lebih profesional lagi, dan semua wartawan ikut, Rp 5 miliar itu juga cukup. Tergantung manajemen saja," katanya. (yos/yn)