tadion Jatidiri, Semarang, kembali menjadi saksi bisu potret buram Indonesia Super League (ISL) 2008/2009. Sebelumnya, di tempat tersebut diwarnai aksi anarkis manajer terhadap wasit.
Kali ini giliran bertugasnya wasit terhukum dalam dua pertandingan yang berlangsung di Stadion Jatidiri. Yakni, pada partai PSIS Semarang kontra Deltras Sidoarjo kemarin serta dalam laga PSMS Medan melawan Persijap Jepara sehari sebelumnya. Duel PSIS melawan Deltras dipimpin Fiator Ambarita. Sedangkan bentrok PSMS dengan Persijap dipimpin Jumadi Effendi asal Malang.
Seperti diberitakan sebelumnya, bersama Sunaryo Joko dan Heriyanto, keduanya telah dijatuhi hukuman Badan Wasit Sepak Bola Indonesia (BWSI) pada Rabu lalu (15/10). Jumadi diskorsing lima bulan dan Fiator dibebastugaskan tiga bulan. Tapi, mengapa Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI) tetap menugaskan mereka?
''Kami sebenarnya sudah berniat menarik mereka. Tapi, BWSI menyarankan untuk tetap menugaskan untuk dua pertandingan tersebut,'' aku Joko Driyono, direktur kompetisi BLI, kepada Jawa Pos kemarin.
Joko menyebutkan bahwa saat BLI mengetahui rilis BWSI di media terkait hukuman terhadap empat wasit, BLI langsung meminta konfirmasi ke BWSI. Saat bersamaan, BLI pun sudah siap mengistirahatkan keempat wasit tersebut. Namun, pada waktu yang sama pula, BLI mendapat keterangan dari BWSI bahwa mereka masih bisa ditugaskan pekan ini.
Situasi itu pun membuat kredibilitas BWSI dipertanyakan. Sikap mereka pun mengundang nada miring. BWSI dianggap tidak serius dalam bersikap. Bertugasnya Jumadi dan Fiator juga mencuatkan akan adanya permainan.
''Skep (surat keputusan, Red)-nya belum saya tanda tangani. Sedangkan sanksi berlaku efektif setelah skep keluar,'' dalih Bernhard Limbong, ketua BWSI, ketika dikonfirmasi Jawa Pos kemarin.(JP)