Skorsing lima tahun plus denda Rp 50 juta terhadap striker Emile Bertrand Mbamba sangat memberatkan bagi Arema. Sebab, skorsing ditetapkan di tengah-tengah berlangsungnya kompetisi Indonesia Super League (ISL).
Arsitek Arema Gusnul Yakin mengatakan, hukuman yang dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pada Rabu lalu (24/9) itu dianggap tak beralasan. Bahkan, dia menyebutnya terkesan mengada-ada. Apalagi, sanksi yang diberikan bersifat seperti memboikot pemain asal Kamerun tersebut.
Kesan itu bisa dilihat dari tak bolehnya Mbamba beraktivitas dalam sepak bola Indonesia selama lima tahun.
"Di Eropa yang menjadi kiblatnya sepak bola saja, belum pernah saya dengar hukuman seperti yang diterima Mbamba. Yang ada adalah hukuman beberapa kali pertandingan, bukan tahunan," tandas Gusnul di sekretariat Arema, Jl Panderman, kemarin (25/9).
Tentu saja, lanjut mantan pelatih Persibo Bojonegoro itu, Arema secara tim sangat dirugikan dengan keputusan skorsing Mbamba. Sebab, mantan pemain Maccabi Tel Aviv (tim Divisi Utama Israel) tersebut merupakan striker Singo Edan, julukan Arema, yang paling subur saat ini.
Mbamba sudah mencetak empat gol di ISL. Tandemnya, Emaleu Serge, baru mencetak satu gol. Itu pun kondisi Serge masih belum berada pada top performance. "Serge sepertinya masih mengalami trauma dengan cederanya. Permainannya masih belum maksimal," kata Gusnul. Sedangkan dua striker lokal, yakni Ali Usman dan I Komang Mariawan, masih belum bisa diandalkan. Hingga saat ini, keduanya belum pernah sekali pun mencetak gol.
Sebenarnya, Arema mempunyai pemain yang cukup subur dalam mencetak gol, yakni Souleymane Traore. Namun, posisinya bukanlah sebagai striker, melainkan gelandang.
Dalam benak Gusnul, ada keinginan untuk menambah striker. Hanya, penambahan striker di tengah-tengah kompetisi merupakan hal yang cukup sulit dilakukan. "Apa boleh nambah striker ya? Nanti akan dikonsultasikan dengan BLI (Badan Liga Sepak Bola Indonesia, Red)," ucap pria yang juga pernah membesut PKT Bontang tersebut.
Namun, untuk sementara, penambahan mesin gol belum menjadi fokus utama Gusnul. Penambahan striker baru akan dibicarakan setelah Arema menerima surat resmi tertulis dari komdis. "Setelah menerima SK resmi komdis, baru akan dibahas langkah-langkah selanjutnya. Misalnya, mengajukan banding atau menambah pemain," terang dia.
Mbamba dijatuhi sanksi berat, salah satunya, akibat perbuatannya saat melawan PKT Bontang pada 13 September lalu di Stadion Kanjuruhan. Dia dinilai terlalu keras dalam memprotes wasit sehingga mendapatkan kartu merah. Selain itu, di luar lapangan, sesaat setelah mendapatkan kartu merah, Mbamba membanting papan pergantian pemain di bangku wasit cadangan.
Yang menjadi alasan komdis menjatuhkan hukuman berat, Mbamba sebelumnya pernah masuk dalam daftar not recommended (pemain yang direkomendasikan agar tak dikontrak klub Indonesia). Sayang, selama ISL, pemain yang pernah memperkuat Vitesse Arnhem (klub Divisi Utama Belanda) itu tak memperbaiki sifatnya. Mbamba justru menjadi pemain dengan predikat paling bermasalah di BLI. Predikat tersebut diberikan BLI karena Mbamba merupakan pemain yang mengantongi kartu paling banyak. Yakni, dua kartu merah dan empat kartu kuning.
Sementara itu, BLI rupanya bisa memahami kesulitan yang dirasakan Arema. Karena itu, Direktur Kompetisi BLI Joko Driyono berjanji membantu Arema agar bisa menambah pemain sebelum transfer window dibuka. "Secara aturan, menambah pemain memang tak boleh dilakukan sebelum transfer window dibuka. Namun, bagi Arema akan ada pengecualian. BLI akan memperjuangkannya," terang Joko melalui telepon kemarin.
Selain bisa menambah striker di tengah jalan, Joko berusaha agar Arema bisa menambah satu kiper lagi. Sebab, kiper ketiga Arema Kurnia Meiga Hermansyah juga tak bisa main dalam sisa laga ISL karena skorsing 12 bulan. (JP)