Liga Super Indonesia benar-benar sebuah kompetisi keras. Hingga pekan kedelapan,270 kartu kuning dan tujuh kartu merah sudah diberikan wasit. Kekerasan dalam pertandingan benar-benar meningkat.
Tingginya rivalitas kompetisi dan tekanan manajemen membuat emosi pemain gampang tersulut. Bentrok antarpemain di lapangan kerap tidak terhindarkan. Pertandingan pun acap menjurus kasar dan berbuah hujan kartu. Ilustrasi sederhana,wasit Fiator Ambarita harus merogoh sembilan kartu kuning saat Persik Kediri menang telak 4-0 atas PSIS Semarang,Minggu( 27/7).Jumlahkartukuning sama plus satu kartu merah juga diberikan wasit Anang Suryana saat Persib Bandung mengalahkan Persik dengan skor 3-1,Selasa (5/8). ”Jumlah itu sangat tinggi.
Banyaknya kartu berkaitan dengan persaingan. Kami akan melakukan analisis serius. Pemain idealnya berimprovisasi kualitas individu. Tapi, pemain justru menonjolkan fisik saat duel individu atau tim,” sebut Direktur Kompetisi BLI Joko Driyono. Joko menambahkan, maraknya “permainan” fisik mengisyaratkan aturan pertandingan belum dipahami secara mendalam.
BLI pun tidak menutup mata,kejelian wasit dalam menimbang kejadian dan memberikan putusan ikut memengaruhi jumlah kartu.”Pemain jangan membuat pelanggaran yang tidak perlu.Ketelitian wasit dalam memutuskansesuatujugaberpengaruh. Pelatih harus mengasah kemampuan pemain. Tingginya tensi laga harus diikuti kualitas,”lanjutnya. Hujan kartu pun berdampak negatif bagi finansial klub.
Sebab, manajemen harus membayar denda.Setidaknya sebanyak Rp810 juta,menurut jumlah total kartu, harus terbuang lantaran perilaku indisipliner di lapangan.”Hanya akumulasi kartu per pertandingan yang didenda.Nilainya memang diperdebatkan.Tapi, ini semua kembali kepada klub untuk memproteksi kualitas pemainnya.Situasi ini sebenarnya bagus.Artinya, nilai kompetisi meningkat.
Sekarang tinggal bagaimana menjaga kompetisi dengan aturan ketat,”ujarnya. Dari 270 kartu kuning dan tujuh kartu merah, donasi terbanyak diberikan Persib. Klub berjuluk Maung Bandung tersebut sudah mengoleksi 24 kartu kuning. Kartu terbanyak dikoleksi Hilton Moreira serta Salim Alaydrus dengan masing- masing tiga kartu.”Kami kurang mengerti mengapa situasinya bisa seperti ini.Jumlah itu imbas dari ketatnya persaingan. Yang pasti, kami sudah mengingatkan pemain agarberhati-hati.
Mereka harus menjaga emosinya saat bertanding,” tutur SekretarisTim Persib Edi Djukardi. Sementara itu, koleksi tujuh kartu kuning atau paling sedikit dimiliki Persijap Jepara dan Persitara Jakarta Utara. Manajer Persijap Edi Sudjatmiko menyatakan, klub berupaya menekan biaya yang berasal dari denda kartu.
”Kami selalu meminta pemain meminimalkan kontak fisik.Tapi, kami tetap membebaskan mereka bermain. Pemain mengerti, klub harus berhemat. Sebab, yang membayar denda adalah manajemen,”tandasnya. (Sindo)