Tiga Nama Disidang Menyusul
MALANG - Empat orang Arema sudah dipanggil Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. Mereka akan diperiksa komdis pada sore nanti (17/9) terkait kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pasca-pertandingan Arema versus PKT di Stadion Kanjuruhan Sabtu malam (13/9) lalu.
Keempatnya adalah manajer Ekoyono Hartono, pelatih kiper Benny van Breukelen, kiper Kurnia Meiga Hermansyah, dan ketua panpel Muhammad Muklis. Namun, besar kemungkinan komdis tak hanya memanggil keempat orang tersebut. "Sebenarnya masih ada tiga nama lagi di Arema yang saya laporkan," kata Tigorshalom Boboy, komisi legal Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI) melalui teleponnya kemarin (16/9).
Menurut pria yang menyaksikan langsung pertandingan yang berakhir kekalahan 1-2 bagi Arema tersebut, mereka adalah asisten pelatih Joko Susilo, Alexander Pulalo, dan Emile Bertrand Mbamba. Ketiganya dilaporkan karena dianggap juga melakukan pelanggaran.
Joko misalnya, pria yang akrab dipanggil Gethuk tersebut masuk ke dalam lapangan setelah pertandingan. Demikian pula dengan Alex, pemain yang masih dibalut cedera tersebut terlihat jelas memasuki lapangan. "Padahal, nama Alex tidak tercantum dalam line up. Tapi mengapa dia berkeliaran di lapangan. Jelas itu merupakan sebuah pelanggaran," ungkap Tigor.
Sedangkan Mbamba dilaporkan karena dia tak bisa menahan emosi saat diberi kartu kuning kedua (kartu merah tak langsung). Pemain asal Kamerun tersebut sempat membanting papan pergantian nama di bench wasit cadangan yang saat itu ditempati Mulyadi. "Mungkin mereka akan dipanggil komdis setelah rekan-rekan mereka diperiksa terlebih dahulu," lanjutnya. Joko sendiri ketika dikonfirmasi mengaku masuk ke lapangan bukan untuk mengejar wasit ataupun memprotes wasit. Dia masuk ke lapangan untuk menyalami pemainnya, termasuk juga memberikan selamat kepada pemain PKT yang mampu memenangkan pertandingan. "Apa salah saya menyalami pemain. Itu kan sudah tradisi. Tak ada niat sedikit pun untuk memprotes wasit," urai pria yang akrab dipanggil Gethuk tersebut.
Karenanya, dia cukup kaget begitu mendengar namanya termasuk salah satu yang dilaporkan oleh utusan resmi BLI. "Kalau memang nanti saya dipanggil, saya akan menjelaskan apa adanya. Saya yakin, saya tak bersalah," sambung pria asal Cepu tersebut.
Sementara, dari keempat nama yang dipanggil, Tigor memprediksi bahwa panpel merupakan pihak yang paling aman. Sebab, berdasarkan pengamatannya sebagai utusan BLI dalam laga tersebut, panpel sudah bertindak sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang ada.
Bahkan, Tigor memberikan apresiasi kepada panpel yang sudah bekerja keras mengamankan jalannya pertandingan. "Kalaupun ada kerusuhan, itu bukan kesalahan panpel. Wajar, jika panpel tak bisa mengamankan karena penonton sudah marah akibat terprovokasi aksi anarkis," terang dia.
Sedangkan Ekoyono tertangkap kamera telah melakukan pelanggaran berat. Sanksinya bisa berupa penonaktifan dia dari dunia sepak bola Indonesia dalam jangka beberapa waktu.
Dia juga menyayangkan aksi pemain muda Meiga. Padahal, pada akhir Agustus lalu dia dipanggil timnas U-21 memperkuat tim Indonesia B dalam Piala Kemerdekaan. Seharusnya, sebagai pemain timnas, Meiga lebih bisa mengendalikan emosi dan tak melakukan tindakan terpuji. "Meiga juga tertangkap kamera melakukan penendangan terhadap wasit," ungkapnya.
Sedangkan Benny juga dibawa ke meja sidang komdis karena terlihat mengejar wasit dalam kamera.
Lalu bagaimana dengan kepemimpinan wasit Suprihatin yang sering merugikan Arema? Untuk wasit, Tigor rupanya memberikan penilaian positif. Wasit sudah dianggapnya menjalankan tugas secara maksimal. (fir/abm)
sakjane, wong iku kok jan sing digoleki salahe AREMA thok yoh.. opo matane picek ga ndelok kepemimpinan wasit sing remek..
opo matane ga ketok lek mbamba disikut dhisik???
opo matane picek ga ketok kecenk di piting karo tarik el jan co3k???