Rotasi pemain adalah hal lazim dalam sepak bola.Tapi, rotasi homeground barang kali menjadi sesuatu luar biasa dan inilah yang dilakukan Badan Liga Indonesia (BLI) sebagai buntut pembekuan izin Persija Jakarta dan PSMS Medan menggelar pertandingan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
BLI akhirnya menetapkan sistem rotasi home ground tiga stadion di Jawa Tengah, yakni Manahan, Solo,Jatidiri,Semarang,dan Gelora Bumi Kartini (GBK), Jepara. Klub yang mendapat rotasi itu adalah Persija, PSMS, Persita Tangerang, dan Persitara Jakarta Utara. “Kami memutuskan untuk sementara waktu keempat klub itu melakukan rotasi pertandingan di tiga kawasan di Jateng.
Karena berupa rotasi,sifatnya hanya sementara,” kata Direktur Kompetisi BLI Joko Driyono kepada SINDO kemarin. Joko menegaskan, pihak klub masih memiliki kesempatan mendapatkan izin menggunakan home ground seperti semula sehingga tempat dan jadwal pertandingan bisa terlaksana seperti agenda awal.
Apalagi,pemakaian SUGBK masihmemungkinkanmengingat upaya mendapatkan izin dari Kapolri belum dilakukan secara maksimal. Pihak Persija dan PSMS, lanjut Joko, hingga kini belum melakukan audiensi dengan kapolri. Padahal, audiensi tersebut sudah mendapat rekomendasi dari Wakapolri, yang menandakan bahwa peluang mendapat izin memakai SUGBK masih sangat terbuka.“Proposal audiensi dengan Kapolri sebenarnya sudah siap.
Sekarang hanya soal waktu. Karena, izin keamanan dari Polda Metro Jaya akan ada setelah mendapat rekomendasi kapolri,”tuturnya. Pengalihan pertandingan di Jawa Tengah menjadi jalan pintas mengingat posisi provinsi paling tengah di Jawa ini tidak terlalu jauh dari Jakarta. Pengeluaran klub untuk menggelar markas sementara juga tidak membengkak terlalu banyak.
“Dalam menerapkan aturan, kami juga memakai prinsip efektif, efisien, dan sukses. Jateng relatif memenuhi tiga kriteria tersebut untuk menjadi tempat pengalihan pertandingan,” lanjut Joko. Sementara itu,komisaris PT PSMS Beni Tomasoa mengatakan, pengalihan tempat pertandingan membuat pengeluaran klub membengkaksignifikandarianggaran normal.
Sebab, katanya, klub tidak akan mendapat pemasukan dari penjualan tiket pertandingan. Padahal,sewa stadion,biaya mes, dan transportasi pemain tetap ditanggung. Pembengkakan anggaran tersebut,lanjutnya,akan menjadi problem besar bagi klub yang tidak memiliki danamemadaisepertiPersitara danPersita.”KalauPSMSdan Persija,masih mending.Berbeda dengan Persitara dan Persita yang dililit problem keuangan,”pungkasnya. (Sindo)