|
| ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) | |
|
+7Aruna Arema AREMANIAXI suga_ngawalulub kpkprembun Alan_Batavia aremania samuraix nadeilakes 11 posters | |
Pengirim | Message |
---|
nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 2:58 am | |
| Kali ini yang gue bahas Arema. Semua juga tahu bagaimana klub mereka ditata begitu rapih, sehingga menjadi klub pertama yang lolos verifikasi. Semua juga tahu bagaimana dahulu mereka sempat mengarungi kompetisi dengan pendanaan yang didapat hanya dari tiket masuk! Bayangkan, suporter merekalah yang menjadi pemasok dana utama bagi klub. Bayangkan suporterlah yang secara tidak langsung memenuhi gaji bagi para pemainnya. Luar biasa ... like Barcelona.
Tidak usah iri. Dongeng tentang Arema menurut gue justru dimulai oleh Aremania. Coba gali ingatan kita. Aksi mereka menjadi pelopor gerakan suporter yang atraktif di Indonesia. Caranya mendukung membuat daerah-daerah lain tergerak untuk mendirikan kelompok-kelompok suporter dan menirukan gerak dan lagu mereka. Padahal Aremania sendiri bukan merupakan suatu organisasi. Mereka datang sendiri-sendiri atau dalam kelompok kecil dari berbagai daerah, namun ketika di stadion mereka satu komando di bawah pimpinan the conductor Yuli Sumpil.
Jangan tanya mengenai fanatisme mereka. Kemanapun Arema bertanding, mereka tidak hanya selalu mendampingi, tapi hadir mendominasi stadion. Puluhan bis, ratusan motor dan beberapa gerbong kereta menjadi kendaraan yang akrab dengan tur-tur mereka. Meski belakangan sempat terjadi gesekan dengan beberapa kelompok suporter, tapi tidak mengurangi image mereka sebagai suporter yang fanatik dan kreatif.
Fanatisme dan kreativitas mereka jugalah yang akhirnya mengundang datangnya sponsor. Kini mereka betul-betul menjelma menjadi klub yang ditata secara profesional. Tidak mengandalkan APBD. Semua itu didapat dengan proses yang cukup panjang. Dan semua itu didapat karena peran besar suporternya.
The Jakmania juga merupakan fenomena tersendiri bagi dunia sepakbola Indonesia. Kemunculannya menjadi bahan pemberitaan di banyak media. Identik dengan warna oranye, kreativitas kita juga tidak kalah dengan suporter manapun. Bahkan kalo dihitung lagu-lagu the Jak banyak terdengar di hampir seluruh stadion di Indonesia. Kalau di Arema punya seorang the conductor, maka kita punya banyak the composer.
Tapi yang paling unik dari the Jakmania adalah heterogenitas. Jakarta kota terbuka. Segala suku ada di Jakarta. Itu juga yang terlihat di Jakmania. Meski dia dari suku manapun tapi kalo udah ngomong soal Persija, semua satu suara. Fanatisme juga ga kalah. Tahun kemarin di Copa Indonesia, Jakmania menjadi suporter terbanyak dalam memberikan dukungan di partai tandang.
Namun masih ada yang kurang dari semua cerita di atas. The Jakmania sebagai pemain ke-12 Persija ternyata belum bisa menggerakkan hati sponsor untuk menjadi pemasok dana bagi tim Persija. Hingga saat ini PT Persija Jaya masih terus menjajaki kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan dana dari sumber lain. Peluang ke arah sana memang terbuka, apalagi kita sekarang pindah main di Senayan yang tentunya menjadi poin tersendiri untuk mendatangkan sponsor.
Yang pertama tentunya a-board di pinggir lapangan. Kalo di Lebak Bulus, kondisi lapangan yang sempit dan jarak tribun penonton yang tinggi mengurangi animo sponsor untuk naro a-board dengan logonya masing-masing. Beda di Senayan yang nota bene lebih luas dan pandangan lebih terbuka.
Pemasukan lain tentunya diharapkan dari tiket. Lebak Bulus kapasitasnya cuma 10.000 orang. Sementara Senayan untuk tribun bawah mencapai 48.000 orang. Meski belum tentu terisi penuh, tapi paling tidak orang-orang yang selama ini ragu datang karena khawatir tidak kebagian tempat duduk tentunya sekarang berbeda. Belum lagi lokasinya yang di tengah kota Jakarta membuat jaraknya lebih terjangkau masyarakat Jakarta yang selalu dihadapkan pada masalah kemacetan.
Semua ini adalah hitungan di atas kertas. Harapan-harapan itu akan menjadi kosong bila ternyata yang hadir tidak memenuhi kuota. Apalagi kalau terjadi kejadian seperti di Bandung kemarin, bukannya untung malah buntung. Suporter bukannya memberikan kontribusi malah datang jatuhnya sanksi.
Untuk itulah wahai para masyarakat oranye sebangsa dan setanah air. Mari kita tunjukkan peran kita sebagai Pemain ke 12 Persija. Mari kita berikan dukungan penuh pada tim kebanggaan kota Jakarta. Ayo berbondong-bondong kita penuhi Senayan. Ayo beramai-ramai kita tunjukkan kreativitas kita. Ayo kita katakan pada seluruh dunia : PERSIJA DIDADAKU – PERSIJA KEBANGGAANKU – KUYAKIN HARI INI PASTI MENANG.
By bung FERRY | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 3:02 am | |
| Aremania dan Konser Kebudayaan Rakyat
Keder bila Tim Tamu Tak Bermental Juara
Menonton pertandingan Arema di Stadion Gajayana berarti menonton pertunjukan kebudayaan rakyat. Itulah yang disuguhkan 20 ribu-an Aremania dalam pertandingan melawan Persebaya, Minggu lalu. Sayang, tidak ada suporter Persebaya yang diizinkan bertandang ke sana.
Catatan DHIMAM ABROR
"TIM mana pun yang bertandang ke Stadion Gajayana, pasti dibuat keder duluan," kata seorang wartawan Malang. Ungkapan itu tidak berlebihan. Hanya mereka yang benar-benar bermental baja yang tahan menghadapi suporter superfanatik Arema yang dikenal sebagai Aremania (dan Aremanita untuk wanita).
Persebaya, yang bermain di Gajayana, Minggu lalu, pasti juga menghadapi keadaan yang sama. Begitu mereka masuk ke stadion, mereka melihat lautan biru 20 ribuan Aremania yang menyanyi dan menari dengan gerakan dan irama ritmis yang menggetarkan.
Tidak jarang, mental lawan sudah mengkeret begitu masuk lapangan. Hanya pemain berkelas juara seperti PSM yang bisa mengatasi problem itu. Persebaya pun terlihat gugup berada di tengah-tengah lautan biru yang tidak pernah berhenti bergerak dan bernyanyi sepanjang pertandingan.
Dalam pertandingan itu, justru pemain-pemain asing Persebaya yang tidak peduli dengan nama besarArema. Deca dan Marcello sejak awal sudah nekat meladeni permainan keras Charis Yulianto, Putu Gede dan Kuncoro. Selain mereka berdua, striker Andy Kapouw juga bermain dengan penuh nyali. Pemain-pemain Persebaya lainnya, yang lebih mengenal gaya permainan Arema, memilih bermain "taktis" daripada harus berisiko menghadapi labrakan lawan.
Bermain melawan Arema, berarti bermain "melawan" puluhan ribu Aremania yang fanatik. Gerakan dan lagu-lagu mereka bisa menjadi teror yang menciutkan nyali. Apalagi, Persebaya tidak mempunyai seorang suporter pun yang diizinkan untuk mendukung mereka.
"Kami tidak mau mengambil risiko," kata Kapolresta Malang Nicolaus Eko Riwayanto kepada Jawa Pos.
Suporter Arema dan Persebaya selalu bersaing. Masing-masing ingin menunjukkan sebagai yang terbaik dan terbesar. Harus diakui, Aremania lebih mempunyai citra yang baik ketimbang suporter Persebaya yang tercoreng oleh ulah bonek. Saking tajamnya persaingan itu, sampai-sampai Persebaya dan Arema membuat kesepakatan untuk tidak saling mengirim suporter saat bertandang.
"Konsentrasi saya adalah mengamankan suporter Arema. Saya tidak bisa memecah konsentrasi kepada suporter Persebaya," kata Nicolaus mengenai alasannya tidak mau menerima suporter Persebaya.
Risiko memang sering muncul. Ketika suporter Arema masuk ke stadion Gelora Delta Sidoarjo beberapa waktu yang lalu, keributan pun pecah. Kabarnya, mereka diserang oleh suporter bonek yang menyusup ke stadion. Akhirnya mereka marah dan keributan pun pecah.
Komentator sepak bola Malang Husnun N Djuraid melihat Aremania lebih mempunyai disiplin dibanding suporter Persebaya yang gampang disusupi bonek. Karena itu, ia melihat Aremania lebih siap berkunjung ke mana pun tanpa berbuat onar.
"Buktinya, mereka juga berkunjung ke Solo, dan tidak ada keributan," kata Husnun yang juga pemimpin redaksi Malang Post.
Aremania sudah menunjukkan disiplin yang sangat tinggi selama ini. Meski keanggotaan mereka sangat longgar dan tidak terikat secara formal, tetapi mereka sangat terkendali. Mereka dipimpin oleh koordinator wilayah (korwil) yang berada di wilayah kecamatan atau desa dan RT.
Kepemimpinan ini sifatnya informal. Biasanya tokoh informal setempat yang dianggap berwibawa yang diangkat sebagai korwil. Pemimpin formal malah jarang diterima dan bahkan sering dicurigai.
Secara sosiologis, Aremania banyak yang berasal dari kelas marjinal. Beberapa di antaranya bersentuhan dengan dunia premanisme. Beberapa juga mengkonsumsi minuman keras sebelum menonton. Tetapi ketika mereka memakai atribut Aremania, disiplin mereka begitu tinggi. Ketika seorang Aremania ketahuan melempar batu ke arah lapangan, maka temannya sendiri yang meringkusnya. Itu juga yang terjadi pada pertandinganMinggu.
"Disiplin mereka sangat tinggi," kata Didik Suwandi, arek Malang yang sekarang menjadi bos sepeda motor Kanzen yang menjadi sponsor Arema.
Soal kreativitas, Aremania jagonya. Mereka mengadaptasi berbagai jenis lagu untuk dijadikan lagu-lagu Arema. Mulai dari lagunya Queen sampai lagu-lagu tradisional. Kutipan-kutipan di spanduk terasa cerdas. Bahkan syair lagu Westlife pun mereka kutip di spanduk: "When the skies are blue, I値l see you once again, my love."
Sebelum pertandingan, mereka selalu menggelar performing art. Pada pertandingan Minggu, mereka membawa kaus hijau bertuliskan "Bonek, Virus Sepakbola Indonesia" lalu membakarnya.
Tetapi, satu hal yang patut dicontoh: mereka selalu membuka show dengan menyanyikan "Padamu Negeri" bersama sambil berdiri khidmat. Betul-betul sebuah pertunjukan rakyat yang cerdas dan menggetarkan. (*) | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 3:04 am | |
| Dibalik Penanda Tanganan MoU Jawa Pos - Arema Jawa Pos dan Arema kembali bergandengan tangan. Di babak delapan besar nanti, Arema didukung sepenuhnya oleh Jawa Pos. Bukan saja dari sisi pemberitaan. Namun, juga masalah finansialnya. Bagaimana sebetulnya bentuk kerjasama antara Jawa Pos dan Arema?
Langkah Arema menggandeng perusahaan media sekaliber Jawa Pos untuk ikut mendanai tim, boleh dibilang sebagai terobosan baru dari manajemen yayasan Arema. Masalahnya, sejak awal berdirinya PS Arema, praktis belum ada perusahaan sejenis yang mau melirik atau terlibat langsung dalam pendanaan tim.
"Yah kita berharap, kepedulian Jawa Pos yang mau terlibat dan membantu kesulitan Arema ini bisa ditiru perusahaan lainnya,"kata Iwan Budianto, ketua umum Arema.
Pengurus Arema memang banyak belajar dari sejarah dimana mereka sering tersendat-sendat dalam mendanai tim. Untuk itu, sejak awal Ligina lalu, pengurus telah berupaya mengandeng sejumlah mitra kerja untuk ikut terlibat membiayai Arema selama satu musim kompetisi. Dan upaya itu membuahkan hasil dimana PT Semesta Citra Intan menjadi salah satu sponsor resmi Arema di Ligina VII ini. Namun demikian, satu sponosr saja tidak cukup untuk membiayai kebutuhan tim selama satu musim kompetisi. Arema butuh pendukung yang lain untuk mebiayai kebutuhan tim. Ditengah kebingungan itulah, muncul ide untuk menggandeng media cetak untuk memikirkan nasib Arema. Dan lagi-lagi, upaya pengurus Arema membuahkan hasil. Lewat negosiasi yang cukup singkat, yakni sekitar 15 menit, pengurus Arema yang waktu itu menghadap langsung CEO Jawa Pos, Dahlan Iskan, langsung memperoleh memo kerjasama berupa pemberian space iklan sebanyak 2,5 halaman. Tentu banyak yang bertanya, apa yang bisa dilakukan Arema dengan pemberian space sebanyak 2, 5 halaman itu. Apalagi, rata-rata pengurus yayasan Arema masih awam tentang liku-liku kehidupan media cetak. Namun, Jawa Pos tentunya punya pertimbangan lain kenapa mereka begitu royal memberikan space sebanyak itu buat tim sepak bola kayak Arema. Dan lagi, jika dinominalkan, space 2,5 halaman itu tentunya amat besar nilainya. Yah, sekitar Rp 250 Juta. Pasalnya, Jawa Pos memberikan space iklan berwarna di halaman nasional. Bukan di halaman Jatim atau Radar yang nominal iklannya relatif lebih murah Tentunya, angka sebanyak itu lebih dari cukup untuk membiayai Arema selama berada di Makasar.. Dan ternyata, Jawa Pos punya pertimbangan lain dibalik pemberian space sebanyak itu. Yakni untuk mendidik jiwa kewira usahaan dari pengelola PS Arema itu sendiri. Karena, sebagaimana yang dikatakan Dhimam Abror, Pimred Jawa Pos yang sekaligus wakil dalam penanda tanganan MoU kemarin, perusahaan penerbitan sebesar Jawa Pos, bukan hanya memikirkan sisi bisnis semata.
Namun, Jawa Pos juga punya tanggung jawab moral untuk terlibat dalam hal-hal yang bersifat sosial.
"Dan saya percaya, Arema yang saat ini dikelola anak-anak muda yang dinamis, pasti punya pemikiran yang jauh ke depan untuk mengelola PS Arema,"ujar Abror optimis.
Dhimam Abror kemarin juga banyak mendapat pertanyaan seputar maksud dibalik kerjasama dengan PS Arema itu. Terutama tentang porsi pemberitaan Jawa Pos yang selama ini kesannya dianggap Persebaya sentris. Rata-rata, para wartawan yang hadir dalam penanda tanganan MoU itu, khawatir nantinya citra Jawa Pos yang selama ini identik dengan Persebaya, langsung terhapus karena adanya kerjasama ini.
"Tapi saya tegaskan, tidak ada tendensi apapun dalam kerjasama ini. Kita murni ingin membantu PS Arema. Sekaligus, kita juga ingin memberikan porsi yang seimbang baik untuk Artema maupun Persebaya,"tuturnya. (baskoro) | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 3:08 am | |
| Refleksi dan Renungan : POTRET AREMANIA HARI INI 11 Aug 2006 |
Sepakbola, tak pelak lagi olahraga ini menjadi yang terpopuler diantara cabang-cabang olahraga yang lainnya. Ini semakin terbukti dengan gelaran World Cup 2006 di Germany yang baru lalu. Suatu cabang olahraga yang sanggup menyedot perhatian jutaan penggila bola bahkan pebisnis yang mempercayakan modalnya untuk diputar didalam riuh euforia hajatan empat tahunan ini. Tak terkecuali di negeri ini.
Bahkan di seluruh pelosok daerah, termasuk kota Malang sekitar satu setengah jam perjalanan dari Ibukota Propinsi Jawa Timur, Surabaya. Kota yang pada masa pendudukan Kolonial Belanda terkenal dengan julukan Switzerland van Java inipun mempunyai kegairahan yang teramat besar terhadap sepakbola. Seringkali sepakbola dianalogikan sebagai "agama" bagi kera ngalam, suatu hobi yang menjadi kegiatan serius dan utama.
Diawali dengan lahirnya Arema, sebuah klub yang didirikan medio tahun 80-an oleh Acub Zainal yang semakin menjadi pusat perhatian setelah mengharumkan nama kota Malang dengan merengkuh gelar Juara Galatama tahun 1987. Dan akhirnya para pendukung Arema mengkristalisasikan dirinya menjadi Aremania, suatu paguyuban pendukung fanatik dan supporter setia. Kelahiran Aremania pun niscaya merupakan suatu proses panjang yang memiliki pencetus yang khas. Kejenuhan terhadap kultur kekerasan ditengah mereka ditambah keinginan menyalurkan kepuasan mendukung Arema secara lebih baik akhirnya berhasil menyatukan para pendukung Arema menjadi satu wadah yaitu Aremania. Perlahan tapi pasti energi berlebih yang mereka miliki mulai tersalur ke satu tujuan yaitu demi kejayaan Arema dan kemajuan Aremania.
Tak terhitung lagi berbagai macam kreativitas yang tercipta karenanya. Kota Malang yang sebelumnya sudah terkenal sebagai gudang musisi Rock, ikut menyumbangkan lagu-lagu yang ikut memanaskan suasana didalam Stadion saat pertandingan. Atraksi-atraksi berupa gerakan yang beragampun tanpa tahu siapa penciptanya tergelar dengan indah di setiap Arema berlaga. Ya, Aremania sudah menjelma menjadi sosok kunci bagi Arema, Aremania adalah perwujudan pemain ke 12, pemain yang secara wadag tidak ikut bermain di tengah lapangan, tetapi sejatinya mempunyai andil yang sama besar dengan para pemain lainnya.
Supporter sepakbola memang seakan partner sejati klub yang dibelanya, seakan dua sisi koin yang saling melengkapi. Tanpa kehadiran Aremania, irama permainan Arema pun sekan tanpa darah, laksana seorang pemuda yang berlaga tanpa disaksikan kekasih pujaan hatinya. Tetapi begitu nyanyian dan gerak ritmis Aremania membahana, Arema pun merangsek dan memaksakan kemenangan atas lawan-lawannya. Aremania pun menebarkan magisnya ke seluruh penjuru kota Malang. Berbagai spanduk, gambar-gambar, bendera dan berbagai macam benda yang berbau Arema-Aremania seakan sebuah virus yang menjangkiti kota. Semakin lama semakin meruah menjadikan satu identitas baru bagi kota Malang. Kota Malang semakin identik dengan Arema-Aremania.
Identitas Aremaniapun semakin kental terasa ditambah penggunaan bahasa walikan di antara mereka. Suatu bahasa yang tidak mempunyai struktur klasifikasi tertentu. Bahasa yang bisa digunakan oleh semua tua, muda bahkan anak-anak. Dengan berbekal semua itu Aremania semakin mantap mendukung Arema. Berbagai inovasi yang sifatnya sosio-kultural mereka ciptakan, supporter sepakbola yang anarkis mereka ganti menjadi supporter sepakbola yang loyal, atraktif, dan jauh dari kesan fanatisme buta. Mereka mencoba menciptakan suatu atmosfer yang semakin lama semakin kondusif, paling tidak di antara mereka terlebih dahulu. Paling tidak di stadion mereka dahulu, sehingga proses menonton sepakbola bagi mereka, niscaya menjadi proses ritual yang mempunyai tahapan-tahapan yang berlaku secara tidak tertulis tapi disepakati. Menonton Arema bertanding tidak afdol apabila tidak ikut menggunakan jersey, kaos atau atribut-atribut lainnya yang berbau Arema-Aremania. Begitu pula menonton tanpa melakukan gerakan-gerakan yang dipimpin dua dirigen legendaris Aremania, seakan kurang seru. Maka terciptalah suatu panggung pertunjukan yang spektakuler, suatu panggung interaktif yang melibatkan semua komponen didalamnya, Arema dan Aremania.
Tak jarang Aremania menjadi kritisi bagi ketidak adilan yang berlaku terhadap Arema, bahkan terhadap persepakbolaan negeri ini secara keseluruhan. Untuk itupun beberapa kali Aremania berbenturan dengan institusi-institusi sepakbola. Bukan tidak disadari bahwa ada konskwensi tertentu yang harus diterima untuk menjadi kritis di negeri ini, dan Aremania membuktikan siap menanggungnya.
Sampai pada gilirannya segala atraksi kreatif dan terobosan-terobosan Aremania terhadap seni dukungan supporter terhadap Arema diganjar gelar Supporter Terbaik di Indonesia pada tahun 2000. Dipelopori Aremania, mulailah bermunculan kelompok-kelompok supporter baru yang berusaha mengikuti jejak Aremania. Mendukung tanpa kekerasan tapi bersenjatakan kreativitas. Tapi seiring semakin besarnya Aremania, semakin besar pula masalah yang dihadapi. Mulai dari masalah finansial yang dialami Arema sehingga harus mengarungi beratnya kompetisi dengan kembang kempis. Tercatat harga tiket di Gajayana Malang adalah yang tertinggi, ini seakan menjadi pembuktian bahwa Aremania ingin mendukung Arema sekuatnya. Dengan di degradasinya Arema ke Divisi I tahun 2003 ditambah eksodusnya beberapa pemain, pelatih bahkan manager ke klub tetangga, semakin menambah berat beban Aremania untuk membuktikan kecintaannya.
Aremania tak bergeming, tetap setia mendukung dimanapun Arema bertanding dan ini dibayar lunas dengan kembalinya Arema ke Divisi Utama ditambah Arema menjadi juara perdana Piala Copa Indonesia.
Bentuk Aremania
Dengan bentuk Aremania yang tanpa struktur organisasi baku, melainkan terdiri dari Korwil-korwil (Koordinator Wilayah) cukup menimbulkan dilema tersendiri. Di satu sisi model paguyuban yang dipilih berdasarkan azas kekeluargaan dan kebersamaan dengan musyawarah mufakat menjadi penentu pada setiap keputusan ini sudah sedemikian merasuk, terbukti melalui forum-forum musyawarah atau silaturahmi yang sering digelar. Model seperti ini juga cukup aman dari usikan niat-niat politis, karena tiadanya figur sentral yang bisa dirayu mengikuti arus politis tertentu bersama massanya.
Akan tetapi, seperti dulu pernah disinyalir bahwa kondisi Aremania yang tidak terorganisir sangat rentan terhadap friksi-friksi yang dapat menyebabkan konflik internal menjadi kenyataan. Hal inipun terjadi sekali dua di lapangan, yang sementara ini bisa diredam dengan metode musyawarah-mufakat. Akankah kondisi ini bisa dipertahankan seterusnya, dengan berganti-gantinya generasi Aremania yang pasti mempunyai akar pemahaman yang berbeda-beda pula ? Generasi Aremania pertama mungkin merasa cukup dengan metode tersebut diatas dan sudah terbukti lewat sejarah, tapi generasi-generasi berikutnya memikul tantangan yang jauh lebih kompleks dengan batasan-batasan jarak dan waktu semakin menghadang.
Sementara tuntutan dunia modern sekarang ini akan suatu bentuk organisasi yang mampu memfasilitasi kebutuhan dan kepentingan Aremania baik secara internal maupun eksternal layak diapungkan dan dibahas lebih lanjut. Banyak langkah atau tindakan yang dilakukan oleh Aremania secara sporadis, terencana tapi baru sebatas secara regional. Sedangkan keputusan yang diatasnamakan seluruh Aremania seyogyanya memerlukan pula pertanggungjawaban, baik secara formal maupun secara moral.
Mari kita lihat bersama pada Jambore Supporter Nasional yang sebentar lagi digelar di Jakarta. Akankah Aremania sanggup membuktikan nama besarnya, akankah gesekan-gesekan kecil yang mengiringinya mampu dieliminasi?
Masih yang Terbaik?
Masihkah Aremania merasa yang terbaik? Pionir itu pasti, yang terbaik? Ini patut dipertanyakan. Dari sisi penghargaan jelas, gelar Suppporter terbaik seakan enggan lagi terbang ke pangkuan Aremania. Ibarat perlombaan balap mobil, sekarang Aremania sedang berlomba dengan kelompok-kelompok supporter lain untuk menuju finish, yaitu gelar Supporter Terbaik. Meskipun tidak menafikan bahwa tidak selalu gelar mencerminkan kondisi nyata.
Masalah pelik yang sekarang menghantui Aremania, yaitu kreativitas, arogansi dan over konfidensi yang sekarang diidap Aremania. Dulu Aremania seakan merajai panggung kreativitas sepakbola tanah air, sehingga memikat banyak kelompok supporter lain untuk menirunya. Sekarang Aremania tidak bisa lagi mengandalkan lagu-lagu, gaya-gaya, atribut-atribut dengan model lama, karena kelompok-kelompok supporter lain pun memilikinya. Ironisnya, tak terhitung berapa banyak lagu-lagu Aremania yang dijiplak mentah-mentah meskipun ada beberapa bagian yang diganti, ataupun gerakan-gerakan massal di stadion yang semakin lancar ditiru bahkan dikembangkan kelompok-kelompok supporter lain.
Menjadi supporter yang santun, yang sanggup mengendalikan emosi pada situasi apapun, termasuk situasi tersulit sekalipun tetap menjadi agenda utama yang harus diusung Aremania. Atau kalau tidak, Aremania akan kembali terjerembab ke masa silam yang kelam, masa di mana emosi bertahta dan mampu menyingkirkan akal sehat.
Konfidensi adalah baik sepanjang itu tidak menjerumuskan diri ke zone yang membuat kita nyaman dan malas melakukan perbaikan diri dan pengembangan. Disaat Aremania merasa menjadi yang terbaik, diluar sana banyak kompetitor yang meningkatkan kemampuannya. Aremania harus mampu keluar dari zone nyaman yang melenakan, Aremania harus melakukan terobosan-terobosan baru seperti dulu. Menjadi yang terbaik itu memang berat tapi mempertahankan untuk selalu menjadi yang terbaik, itu jauh lebih berat.
Habis
Salam1Jiwa
(satujiwa.net) | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 3:14 am | |
| Kami Singo Edan!”
“Football without fans is life without sex,” Jock Stein
Uki Nugraha memandangi telepon genggam di tangannya, ia tersenyum, seringainya dipamerkannya pada saya. “Kawan-kawan Maczman mengirim pesan ini,” sebaris pesan singkat terbaca “Luar biasa sekali Daeng, aksi Aremania bagus bener,” Saya dan Uki serta merta tertawa, sementara Stadion Kanjuruhan di kawasan Kepanjen, Malang terus digemuruhi aksi Aremania. “Kalian nonton di tv, aku disini…..merinding!!!!” balas Uki lewat pesan singkat pada rekannya di seberang pulau sana, di Makassar. Malang memang selalu membuat pencinta sepakbola sejati merinding, empat kali saya ke Malang demi sepakbola, empat kali itu pula saya terpukau atas keheroikan orang Malang. Saat orang menyebut sepakbola Indonesia sudah mati, Aremania menunjukkan bahwa hidup itu masih ada. Hari masih menunjukkan pukul 09.30 WIB saat saya dan tim kerja saya turun dari kereta. Kami baru saja datang dari Sleman menyaksikan pertandingan PSS-Persija, sementara di Malang, Arema-PSM adalah sasaran kami. Di Stasiun Kotabaru, 6 jam sebelum kick off atmosfer sepakbola sudah benar-benar terasa. Saya jadi teringat hampir tiga tahun lalu, di Rotterdam, di sebuah hari Kamis saat Feyenoord, tim kebanggaan masyarakat Rotterdam bersiap menghadapi Schalke di babak 8 besar UEFA Cup. Satu hari penuh saya melihat Rotterdam yang menjadi Feyenoord, orang-orang pergi ke kantor dengan dasi Feyenoord, anak kecil ke sekolah dengan tempat makan Feyenoord, ibu-ibu di pasar dengan syal milik tim yang saat itu diperkuat oleh Shinji Ono tersebut sampai jendela-jendela dengan bendera Feyenoord terpajang. Di Malang saya merasakan kekuatan atmosfer yang sama, dan menemukan kembali bahwa sepakbola selalu memiliki kekuatan lebih besar dari kekuatan duniawi lainnya. Orang menyebut dirinya Monas, tak jelas apa penyebabnya. Dialah orang yang nantinya bertugas mengantarkan kami selama kami berada di Kota Malang. Lelaki yang ukuran tubuhnya sama sekali tidak mirip Monas ini adalah seorang supir angkot (angkutan kota-red) dan seperti ritual-ritual pendukung tim dimanapun di dunia, Monas sedang menghabiskan minuman beralkohol di depan stasiun sembari menunggu kami. Ia tentu saja tidak sendirian, 5 orang rekannya juga berada disitu. Mereka terus menghabiskan berbotol alkohol sembari bernyanyi mars-mars Aremania “Disini Arema berjaya, disini Arema menang…….” Hanya salah satu contoh senandung yang menyelinap dari aroma alkohol di nafas mereka. Di tembok stasiun, gamba-gambar Singa sebagai lambang tim kesayangan terserak di mana-mana. Bisa berbentuk graffiti bisa berbentuk sekedar slogan. Hari itu Minggu 22 April 2007, Singo Edan akan menghadapi tim Juku Eja dari Makassar.
Malang terletak sekitar 2 jam perjalanan dari Surabaya, sejak lama kota ini memendam persaingan yang sangat kental dengan saudara mereka di Surabaya. Apapun yang berbau Surabaya selalu mengundang kebencian bagi mereka, jangan heran jika Aremania yang mempunyai kecenderungan damai justru selalu bentrok jika berjumpa dengan para Bonek dari Surabaya atau apapun yang berbau Kota Buaya. Surabaya bagi mereka adalah simbol kemapanan kota besar, menjadi beda dengan kemapanan adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai kelompok masyarakat ini. Konon, budaya walikan adalah salah satunya. “Laskar Ongis Nade adalah sebutan kami,” ujar Yuli Sugianto alias Yulis Soemphil salah seorang pentolan Aremania dari kawasan Sumpil. Ciri walikan atau terbalik adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh Arek Malang, tidak oleh masyarakat lain “Begitu kira-kira Fusuy,” Yuli tertawa saat menyebut nama saya yang disebut secara walikan. Berbeda seperti Jakarta di hari pertandingan, Malang berubah menjadi jauh lebih hidup. Seperti di Rotterdam dan kota-kota Eropa lainnya, orang Malang tiba-tiba merasa wajib untuk mengenakan segala atribut Arema. Ratusan motor bergerak menuju Kepanjen, ribuan orang berjalan di pematang sawah yang praktis mengelilingi Stadion yang terletak di pinggir kota tersebut. Puluhan angkutan umum dan kendaraan pribadi lainnya pun ramai dipenuhi Arek-Arek Malang yang ingin menyaksikan timnya menaklukkan lawannya “Taklukkan lawanmu di kandang singa….” Teriak mereka di penjuru kota Malang.
Handoko alias Benjol adalah seorang Aremania sejati. Walau akibat bekerja ia terpaksa mengurangi frekwensi datang ke stadion, Benjol tetap berhati Ongis Nade “Arema adalah perlawanan!” tegasnya. Bisa jadi ia benar, Singo Edan sebenarnya hanyalah salah satu contoh dari tim yang tidak mendapat bantuan dana dari pemerintah daerah, namun tim ini adalah satu-satunya tim yang mendapat dukungan penuh dari masyarakat yang berdomisili disitu “Bahkan mereka bisa jadi jauh lebih antusias daripada tim pelat merah lainnya,” ujar Firmansyah Husein, seorang rekan yang bekerja di sebuah stasiun TV swasta. Di Malang ada satu tim besar lain “Tapi bagi kami mereka kecil,” ujar Benjol dengan mimik sangat serius. Tim dengan kostum merah itu bernama Persema (Persatuan Sepakbola Malang), tapi tim ini sama sekali tidak memiliki tempat di hati Arek Malang. “Ada sih yang datang nonton, tapi mereka bukan pendukung hanya sekedar menonton,” ujar Cahyo seorang fotografer media olahraga di Indonesia. “Arema menghidupi diri mereka sendiri, tanpa bantuan siapapun, kami tim profesional dan mungkin satu-satunya di Indonesia,” Yuli mengangkat gelas bir miliknya menegaskan keyakinannya. Indonesia adalah negara dengan fanatisme sepakbola luar biasa, saya mencatat bahwa atmosfer sepakbola di Indonesia mampu mengalahkan atmosfer sepakbola Eropa sekalipun. Bahkan Arya Abhiseka yang pernah bekerja di jaringan O Globo, Brazil dan sempat menyaksikan bagaimana sepakbola diperlakukan di Amerika Latin menyebut “Saya menempatkan Aremania di jajaran 5 besar terbaik di dunia,” Fanatisme dan antusiasme luar biasa ini memang belum diikuti oleh prestasi tim nasional yang memadai, atau sekurangnya berbanding lurus dengan kegilaan-kegilaan itu sendiri. Tapi, di negeri ini sepakbola adalah alat politik yang luar biasa. Seorang Gubernur bisa menjadi pusat perhatian dan simpati saat ia terus menggelontorkan dana besar pada tim lokal di kota tersebut. Kandidat Bupati atau Walikota dengan janji memajukan sepakbola lokal dengan dana besar bagi tim setempat dijamin akan mendapat tempat di hati rakyat. Konon seorang Walikota yang sudah merosot popularitasnya tiba-tiba menjadi sosok paling terkenal saat ia mengalihkan beberapa dana pendapatan daerah bagi “perkembangan” sepakbola di kota tersebut. “Bahkan ada daerah yang anggaran timnya bisa lebih besar daripada pendapatan asli daerah tersebut,” tulis sebuah media. “Tapi itu tidak berlaku disini!” tegas Benjol. “Pemerintah berarti kemapanan dan politik adalah manipulasi,” tambahnya dengan nada penuh semangat “Bahkan warna merah yang mereka (Persema) pakai adalah hasil rekayasa partai politik penguasa,” Pembicaraan ini saya alami kurang lebih 2 bulan sebelum kedatangan selanjutnya yang saya tulis di awal cerita ini. Saat itu saya merasa Benjol berlebihan, ketika kembali ke Malang untuk pertandingan lain, saya menyetujui semua ucapan Benjol tentang perlawanan tadi. Berada diantara Aremania selama total 7 hari, saya merasakan kebencian mereka yang besar pada dua hal, Surabaya dan Persema! “Ini bukan soal derby tapi lebih pada soal harga diri kami,” tegas Yoseph Nanda Nafasan alias Kepet. Harga diri? Bisa jadi, rasa mandiri itulah yang mungkin mereka sebut sebagai harga diri. Tak terbayangkan dalam diri mereka bagaimana hidup seperti kerbau yang dicocok hidungnya. “Harga diri ini yang membuat kami pasti membeli karcis jika nonton ke stadion,” jelas Isa Prio Utomo alias Kampret. Fakta lain juga menyebutkan bahwa sifat Arema memang sudah ada dalam diri Arek Malang bahkan jauh sebelum tim ini lahir di tahun 1987, apalagi Arema adalah akronim dari Arek Malang.
Panggil saja dirinya Yuli, di Malang bahkan anak-anak kecil yang kami jumpai di tengah jalan bisa akan mengenali nama lelaki berusia 31 tahun tersebut. Di luar stadion ia adalah sosok yang menyenangkan, pria yang sangat ramah dan selalu tersenyum. Tapi di dalam stadion, saya membayangkan Mick Jagger saat menjadi saksi bagaimana seisi stadion menghormati dirinya. Bayangkan, ia datang dari sisi utara tribun timur yang hari itu sekurangnya dipadati 35.000 Aremania. Tak pernah Yuli datang jauh-jauh waktu, ia memilih 30 menit sebelum pertandingan sebagai saat terbaiknya “Karena 30 menit pas untuk memanaskan suasana dan tidak terlalu membuat mereka jenuh,” jelasnya. Dari sisi utara tribun timur ia bergerak perlahan menuju “panggungnya” tepat di tengah tribun timur. Kanjuruhan yang sudah dipadati paling tidak 35.000 orang mendadak menyepi. Mereka yang berada di tribun timur sontak mengambil satu langkah mundur untuk memberi jalan bagi “sang superstar”. Dengan senyumnya yang simpatik, Yuli melangkah menuju “singgasananya”, hampir di setiap langkah ia terpaksa berhenti untuk menerima tawaran minuman beralkohol dari Aremania. Saya menduga, bisa jadi ia sudah menenggak total 2 botol saat berdiri di depan Aremania. Stadion mendadak hening dan Yuli sudah berdiri di depan mereka, maka dimulailah aksi-aksi tersebut. Orang bilang sepakbola Indonesia adalah pangkal muasal kerusuhan, terus terang saya selalu tidak menemukannya setiap menyaksikan tim apapun bertanding. Saya selalu menemukan keceriaan, warna hidup dan makna hidup yang luar biasa. Di Malang saya menemukan arti itu menjadi lebih besar. “If you also have football in your country, means you are civilise,” ujar Antony Sutton seorang Gunners yang kini tinggal di Jakarta. Orang London yang menyebut dirinya berasal dari “500 metres from the home of the real football,” ini menemukan orang Indonesia memahami arti sepakbola sebenarnya. “Just like us, when we’re really believe in the game 10 years ago,” Yuli adalah magnet, setiap gerakannya menjadi dogma yang diikuti oleh para Ongis Nade yang berada di stadion. Saat tangannya bergerak keatas, semuapun mengikuti, ketika tubuhnya yang kurus condong ke kiri atau ke kanan, nyaris tak ada yang lewat untuk tidak mengikutinya. Puncaknya saat seisi stadion menyanyikan lagu ‘Satu Nusa Satu Bangsa’, bergetarlah Kanjuruhan oleh satu gerakan yang sama dan nyanyian yang sama, ini pun masih dipuncaki lagi saat mereka akhirnya mampu menaklukkan Persebaya 3-1 atau PSM 3-0. | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 3:15 am | |
| lanjutan Sementara Stadion Gajayana markas Persema sepi dari penonton, Stadion Kanjuruhan si kandang singa dipadati oleh sekurangnya 45.000 Aremania yang terus bersorak memberi dukungan. Hari itu adalah hari yang sama kala Persema memukul PSSB di Gajayana, di jantung kota Malang. “J*#*uk!!! Harusnya mereka kalah saja,” ujar Kampret. Tak ada satupun Aremania yang senang saat tahu saudara sekota mereka menang 2-0 di kota mereka. “Tim macam ini bagusnya dibubarkan, mereka sama saja dengan Bonek, kami ini bondo duit (punyanya duit) mereka bondo nekad (punyanya nekad),” sergah Yuli. Menjadi mandiri memiliki kebanggaan tersendiri, padahal secara akar tradisi Arek Malang baru menyebut diri mereka Aremania dengan fanatisme sedahsyat sekarang barulah di sekitar awal 1990an, bisa jadi malah kala Arema menjuarai kompetisi profesional Indonesia saat itu alias Galatama. Sebagai sebuah fanatisme, Aremania mungkin saja masih baru. Namun kegilaan, fanatisme, hasrat dan segalanya bisa jadi lebih dahsyat dari yang dimiliki oleh pendukung fanatik dari tim-tim dengan tradisi panjang macam PSM, PSMS, Persib atau mungkin Persebaya sekalipun. “Baru kali ini berada di Kanjuruhan dan kali ini pula saya terkesima,” ujar Uki putra Sulawesi asli yang datang ke Malang khusus demi PSM. “Usia Arema memang belum panjang, baru 20 tahun di 2007 ini, tapi fanatisme Aremania seperti berusia ratusan tahun,” sergah Firmansyah yang berulang kali menyayangkan pilihan saya menjadikan Jakmania sebagai obyek dokumenter sepakbola pertama. “Saya bukan mau bilang bahwa Jakmania jelek, tapi Aremania yang terbaik,” tentu saja pembelaan diri saya adalah, jarak dan dana menjadi kendala, apalagi “Semua sponsor bilang saya gila saat datang ke mereka dan berkata minta uang untuk bikin dokumenter suporter sepakbola Indonesia,” kelit saya jujur. Menelusuri kota Malang membuat saya benar-benar merasa berada di sebuah kota sepakbola di Eropa. “Football is my religion, The Valley is my church,” adalah salah satu contoh slogan yang saya lihat di tembok Tenggara kota London dimana Charlton FC berada. Pria dengan tato bergambar singa di lengan atau dadanya, patung singa yang terpajang di sudut-sudut jalan, mobil yang dilukis singa sampai anak-anak kecil yang terus saja menyanyikan mars terhadap Aremania.
“Suporter sepakbola adalah orang terkaya di dunia, mereka bisa bepergian kemana mereka mau mengikuti tim kesayangan,” kisah Benjol “Dulu saya kaya, sekarang jatuh miskin karena bekerja dan berkeluarga,” sambung Benjol. Kehilangan banyak waktunya di tempat pekerjaan, tidak membuat lelaki berusia 29 tahun ini menjadi lembek, di hatinya masih terpahatkan singa dan kediamannya masih saja menjadi tempat berkumpul Aremania lainnya. Saya dan tim kerja saya juga memilih untuk tidur di tempatnya selama kami berada di Malang. “Tapi saya tidak pernah keluar dari Aremania, bahkan tidak pernah masuk,” wajahnya sangat serius. Baginya dan bagi seluruh Aremania, menjadi Aremania dan mencintai si Singa bukan masalah kartu anggota tapi lebih dalam dari itu, yakni di hati dan jiwa. Aremania praktis tidak pernah dilahirkan, agak sulit melacak kapan mereka mulai terlihat di stadion. Ada yang menyebut saat Singo Edan menjuarai Galatama, ada yang menyebutnya saat Arema pertama kali mentas di Gajayana, atau ada pula yang menyebut bahwa Aremania sudah ada jauh sebelum Arema dilahirkan “Aremania yang sepakbola ya ketika Arema lahir, tapi jauh sebelum itu kami sudah ada, karena Aremania adalah Arek Malang dan kami semua ini adalah Arek Malang,” jelas Kepet. Tanpa organisasi dan ketua membuat Aremania menjadi sangat independen bahkan di masalah pengaturan diri mereka sendiri “Jika pun ada korwil, itu lebih karena memang dibutuhkan sebagai titik-titik penjualan karcis,” jelas Kampret. Kemandirian mereka juga tercermin saat pergi mendukung timnya bertandang ke luar kota. Tidak ada kuota kapasitas stadion dimanapun yang sanggup menahan laju kedatangan mereka, tidak juga PSSI. Ketika kelompok suporter lain sibuk mengatur bagaimana tata cara menonton tandang, Aremania langsung angkat tas dan berangkat menuju kota tujuan dengan bekal secukupnya. Di kota tujuan itulah mereka biasanya baru bertemu dengan teman-teman sekampung mereka. “Tak ada ketua, tak ada struktur organisasi dan tak ada kartu anggota, tapi Anda lihat saja sendiri bagaimana kami hidup,” Benjol menegaskan, tumpukan karton susu dari tempat ia bekerja terlihat memenuhi sebagian ruang tamunya. Saya sudah membuktikan sendiri penjelasan-penjelasan ini, baik di Malang beberapa waktu ini atau di Jakarta 3 tahun lalu, saat mereka berada di posisi 2 dari bawah dan sudah dipastikan akan terdegradasi. Hari itu di Lebak Bulus mereka bertarung melawan Persija, sama sekali tidak menentukan karena apapun hasil, Singo Edan akan terlempar ke Divisi I. Sepikah dukungan? Sama sekali tidak, catatan menyebut setidaknya 3000 Aremania datang ke Jakarta. Bandingkan dengan tim-tim lain yang berada dalam keadaan kritis yang sama, saya memang tidak menyaksikan semuanya. Tapi setiap kali saya menjadi saksi, hanya segelintir pendukung yang datang, lebih parah lagi banyak pendukung sepakbola yang memilih siapa lawan. “Kalau perlu, pergi ke neraka pun Aremania akan pergi mendukung,” kalimat ini terpampang di situs Aremania.
Aremania adalah fenomena, publik sepakbola Indonesia mengenal mereka sebagai salah satu pelopor gerakan suporter atraktif di Indonesia. Mayor Haristanto, pendiri Pasoepati (Pasoekan Suporter Sejati) di Solo menyebut Aremania sebagai “Soko guru Pasoepati,”. Di kala suporter lain masih mendukung dengan cara “biasa”, Aremania memberikan sesuatu yang berbeda. “Bermain di Bonbonera berbeda dengan di Eropa, hanya pendukung Boca Juniors yang terus bernyanyi sepanjang 90 menit pertandingan,” ujar Juan Roman Riquelme, bintang Argentina yang baru saja kembali bermain di negerinya setelah beberapa tahun berada di Eropa bersama Barcelona dan Villareal. Riquelme jelas salah! Ia tampaknya harus sowan ke Indonesia agar tahu bahwa di negeri ini, para fanatis juga tahu bagaimana cara mendukung tim kesayangannya dengan benar. Sama seperti di Amerika Latin, di Indonesia tontonan sepakbola adalah agama dan stadion adalah kuil persembahan pada agama tersebut. Jika saja negara bisa mengakui lebih dari 5 agama, maka sepakbola akan mendapat tempat di jajaran kepercayaan tersebut. Aremania adalah fakta, bukan fenomena, kecintaan mereka pada Arema lebih tinggi dari kecintaan mereka terhadap diri mereka sendiri.
Well…Malang memang bukan Jakarta, di kota itu klub sepakbola adalah nafas bagi mereka, representasi diri yang disematkan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat kota. Ketika di ibukota, kelompok suporter sepakbola dianggap sebagai biang pengacau, maka disini semua orang adalah “biang pengacau” tersebut, karena mereka semua mencintai satu ikon yang sama, Arema Malang.
(andibachtiar yusuf, filmmaker & football reverend) | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 3:22 am | |
| Dear Aremania.
My name is Ogasawara, but my friends call me "Oga". I've been Kawasaki supporter since 2001. At that time, Kawasaki played in 2nd Division. That was dark era of Kawasaki. But we promoted to 1st Division 1 for 2 years ago.
This year, we play in LCA. that is our first international match. Today I'll tell the view of Kasawasaki Frontale supporter for Aremania and the match.
Our tour was official tour that included 16 people, and some unofficial tour went to Malang, and Japanese students who study Indonesian came to stadium. So probably 40-50 people supported for Kawasaki Frontale.
Our tour's people are almost office worker. They manage to pay the money and take a holiday for our first International match, so please not think that all Japanese are rich (hahaha).
Our tour visited in Singapore at the first, but next day, we had to wake up at 4:30 o'clock!
We flyed to Surabaya, and went to Malang by bus. Of course, without a rest! I heard that there was heavy traffic jam, so tour side made the plan like that. We had to visit the stadium before the game play.
We are very sleepy in the bus, but almost supporters didn't sleep. Because there was various Indonesian culture from the window of bus. I've been to Indonesia for 5 times, but another supporters are first trip in Indonesia.
After we went through SAFARI PARK, we found some Aremania who ride a bike. We reach to stadium, the town's colour went to blue.
I was so excited, because that is HOMETOWN of AREMA. I've never watched the scene in Japan. You know, Football is not No. 1 Sports and I can imagine that the game will be tough.
Before we visit to stadium, we took a lunch at TUGU restourant in Malang. The food was very good and interior was very nice. To tell the truth, the food we had in Singapore was very bad, the taste of fish was maddy and there was not so hot soup.
After the lunch, we were very surprised that police guided our bus. We are so excited and shout "This is international match!" and many people in Malang give us good smile.
You many know, some supporters of Kawasaki fear for Indonesian, because Persikmania throw for Yokohama F. Marinos supporters the bottle and stones. Macs-man stole the flag and banner of Yokohama in LCA.
But Aremania was not. They throw smile and stole our heart. It is great scene, football in Euro is group of "Violence". But we can play the game without violence, we respect the team and supporters each other!!
I think Malang people has "good-old Javanese spirits". Town is not so big, but people has pride and history, so Malang people can smile and we found that many kids wear the jersey of Arema.
I thought J-League is the best league for kids, but I changed my mind. If kids come to stadium, they will go to stadium when they are adult and their childrens will go to stadium, too.
The football culture will go on like that. J-League has only 15 years old so I respect the Arema and Malang's culture.
Kawasaki supporter opinion for Aremania
All of Kawasaki supporters satisfied with hospitality of Aremania, and felt that Aremania was very organised. We can't find why the voice of Aremania was so big. Without the roof of Stadium, the voice of supporters will disappear. But the voice of Aremania is big. Aremania has power but don't use for violence. So many Kawasaki Supporters respect Aremania.
But I think the best gift for Kawasaki supporters from Aremania was "big voice of Aremania". That is The International Match.
Kawasaki supporter opinion for the match
When Kawasaki scored on 55 seconds, we believed we could win by 5 - 0, but it was only prediction.
After that, 1st half was not so good for Kawasaki, probably Kawasaki was tired because of long trip and not fit to the grass, balls bounds than in Japan, so some of players can't play as usual.
Kawasaki supporters are interested in No. 21 (Patricio Morales). His movement is so fast, and caused problem for Kawasaki's left side. Some of Kawasaki supporters said he could play in J-League.
My favorite player, Ellie Aiboy was very good for 1st half, but time went on, he can't move more and more...
Arema's play is not so dirty, and players know their role each other. I've watched some Liga Indonesia's team, like Persija, Persik, PSM, but Arema is best organized team. Especially playing in midfield was good. That was very good match. 2nd half, we can score 2 more goals. Arema looked tired, so they can't pressure for Kawasaki.
Personal opinion
The game was my dream and dream come true. I could watch the best supporters not only in Indonesia but also in Asia. Aremania is friendly and Malang City is very beautiful. That was best memory in my life. I'll be back for watching Liga Indonesia someday!!
Kawasaki side were a little bit nervous for the security, but I think it can be less because Aremania respect us, and we respect them, too.
Only one thing I was dissapointed for Aremania was the people who went home before the game finished. In football, 1 minute can make 1 goal. So supporters have to never give up. If we give up, WHO WILL SUPPORT THE TEAM? Liga Indonesia team tend to give up when they look the lost (of course Arema was not). It has to change, and Supporters can help the team.
The last word for all aremania from Kawasaki supporters DOMO ARIGATO! Terima-Kasih. | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 4:00 am | |
| In Memoriam Gandi Yogatama, Mantan Manajer Arema
Loyalitas Tinggi, Rela Pensiun Dini Publik sepak bola Malang kemarin berduka. Salah satu tokoh yang selama ini dikenal gila bola, Ir Gandi Yogatama berpulang ke hadapan Allah SWT. Kepergian Gandi diiringi linangan mata dan doa oleh ribuan Aremania.
ABDUL MUNTHOLIB, Malang
Nama Gandi Yogatama tak bisa lekang dari klub kebanggaan masyarakat Malang Raya: Arema. Maklum, loyalitas pria yang selalu tampil bersahaja tersebut kepada Arema tak diragukan.
Ia tercatat pernah menjadi manajer Arema sejak Ligina VI dan Ligina IX-XI. Tak hanya waktu dan pikiran yang ia curahkan demi Arema, tapi juga dana dan jabatan rela dipertaruhkan. Bahkan, ia sampai rela pensiun dini dan melepas jabatan Kepala Bappeda Kota Malang semata-mata demi konsentrasi di Arema.
Begitu besarnya jasa pria kelahiran 14 Agustus 1951 ini terhadap dunia olahraga, khususnya sepak bola, banyak insan bola yang merasa kehilangan dengan meninggalnya Gandi di RSSA sekitar pukul 04.30 kemarin. Apalagi sebelumnya tidak terdengar anak kelima dari enam bersaudara ini mengalami gangguan kesehatan. "Adik saya memang selalu memendam rasa sakitnya kepada siapa saja. Ia ingin menunjukkan hidup selalu penuh semangat," ujar Efendi Indrawarman, kakak Gandi di rumah duka Jalan Sulfat II/26, kemarin.
Menurut Efendi, puncak sakit Gandi pada Minggu malam,15 Oktober lalu. Saat itu dia tiba-tiba terjatuh saat menuju kamar mandi di rumahnya. Sejak itu, separo badannya tak bisa digerakkan lagi. Pihak keluarga akhirnya melarikan Gandi ke Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
Gandi sempat pingsan namun setelah itu langsung sadar setiba di rumah sakit. Hanya, tiba-tiba ia kesulitan bicara. "Ia dinyatakan terkena stroke oleh dokter. Makanya kami sekeluarga saat itu selalu berdoa agar Allah memberi yang terbaik untuk adik saya. Mungkin inilah yang terbaik yang harus kami terima," jelas kakak nomor dua pasangan TM. Gondo dan Turini ini.
"Atas nama keluarga, kami memohon kepada semua teman, koleganya dan seluruh masyarakat untuk bisa memaafkan kesalahan adik saya. Terus terang saja, adik saya memang punya karakter keras, tapi sesungguhnya hatinya cukup lembut," imbuh Efendi.
Yang tidak pernah dilupakan oleh keluarga adalah semangat yang tinggi dalam hidup. Meski kondisi fisik kurang bagus, terkadang ia tidak merasakan ketika sibuk kerja. Sering semua keluarga mengingatkan untuk lebih menjaga kondisi. "Ia memang punya kemauan keras," kata dia.
Rumah duka tidak saja dihadiri insan bola, pejabat dan mantan pejabat pun tumplek blek bertakziyah. Di antaranya mantan Wali Kota Malang H. Suyitno, Wali Kota Peni Suparto, Sekkota Bambang Dharmawan Suyono. Di kalangan bola antara lain pendiri Arema Ir Lucky Adrianda Zainal, Ovan Tobing, manajer Persik Kediri Iwan Budianto, serta beberapa mantan dan pemain Arema. Mereka juga cukup setia mengantarkan jenazah Gandi hingga menuju peristirahatan terakhir di TPU Samaan.
Selain dari pihak keluarga, satu per satu tokoh ikut memberikan penghormatan terakhir dengan menaburkan bunga di pusara Gandi yang bersebelahan dengan makam ayahandanya, T.M. Gondo.
Tidak ketinggalan Wali kota Malang Peni Suparto, manajer Arema Satrija Budi Wibawa, dan manajer Persik Iwan Budianto. Sementara dari wakil pemain, kapten tim Arema Putu Gede serta mantan pemain timnas Aji Santoso ikut larut dalam kesedihan mendalam. "Kami melihat belum ada sosok manajer bola yang punya loyalitas seperti beliau (Gandi). Ia rela pensiun dini demi tim. Mencari figur seperti ini tidak mudah," kata Iwan Budianto usai pemakaman di TPU Samaan. (*)
Biodata Nama: Gandi Yogatama Lahir: 14 Agustus 1951 Istri: Triandi Laksmiwati Anak: 1. Muh. Amoeng Prayogo (Nungki) 2. Putri Laksmiwati | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 4:01 am | |
| Sambutan Pak Walikota - INEP
TEKAD BAJA AREMANIA
SEKALI lagi Aremania membuktikan dirinya sebagai suporter terbaik di Indonesia yang menolak anarkisme. Tidak hanya kreatif dengan atraksi-atraksinya di lapangan, Aremania juga menanggapi ulah Bonek di stadion Gelora 10 Nopember Surabaya dengan dewasa dan menyerahkan persoalan tersebut kepada yang berwenang.
Sulit saya bayangkan bagaimana seandainya Aremania menanggapi anarkisme Bonek dengan cara yang sama. Dengan jumlah Aremania yang jauh lebih besar Bonek bukan apa-apa. Namun sekali lagi, Aremania bukan tipikal suporter yang cinta kekerasan. Aremania adalah suporter yang menempatkan kreatifitas diatas segala-galanya. Saya belum pernah melihat Aremania secara kolektif melakukan kerusuhan di lapangan seperti yang dilakukan Bonek pada Tim Arema beberapa hari lalu. Jika sebelumnya Persebaya diperlakukan secara baik-baik oleh Aremania sewaktu bertandang ke Malang, yang terjadi pada Arema di Surabaya malah sebaliknya. Ibarat pepatah, air susu dibalas dengan air tuba.
Sekarang rakyat Indonesia sudah mengetahui apa yang terjadi. Hukuman yang paling berat dalam hidup ini adalah hukuman publik. Saya yakin Bonek semakin tidak simpati di mata masyarakat.
Keberadaan suporter Aremania ikut membuat populer nama Malang Raya di pentas olah raga nasional. Secara obyektif, kreatifitas dan partisipasi mereka terhadap klub kesayangannya adalah merupakan yang terbaik di Indonesia. Siporter Persija, Jackmania, memang sangat besar jumlahnya. Tetapi pada tingkatan kreatifitas belum bisa menyamai Aremania. Militansi Bonek Surabaya terhadap klubnya mungkin bisa saja setara dengan Aremania akan tetapi militansi mereka lebih banyak diarahkan pada hal-hal yang negatif dan merugikan dirinya sendiri. Cinta pada klub merupakan sesuatu yang penting tetapi kalau wujudnya adalah anarkisme maka akan menghancurkan karir dan reputasi klubnya sendiri.
Sejak menjuarai Copa tahun lalu, Arema semakin diincar oleh pesaing-pesaingnya. Kadang-kadang para lawannya menggunakan segala cara untuk menghadang langkah Arema. Untung saja Arema bisa melewati fase berat itu meskipun beberapa korban berjatuhan. Hanya beberapa hari setelah intimidasi Bonek di Surabaya, di Medan juga terjadi anarkisme suporter yang menghancurkan kaca bus pemain sehingga kiper Arema mengalami luka serius. Kasus seperti ini bukanlah yang pertama yang menimpa Arema dan Aremania. Setahun yang lalupun ratusan Aremania dikejar-kejar oleh oknum suporter Persija sesaat setelah Final Copa ber**. Saya heran kenapa hal-hal buruk seperti itu bisa terjadi sementara ketika di Malang mereka diperlakukan dengan baik-baik. Kesabaran Aremania untuk tidak melakukan upaya balas dendam merupakan sesuatu yang patut diteladani.
Dendam bukanlah kebiasaan Aremania. Tetapi sebagai manusia kesabaran itu ada batas juga. Penindasan yang terus-menerus bisa memicu permusuhan dan ini tidak baik bagi kelangsungan sepakbola nasional yang ditonton langsung oleh masyarakat. Sebagai pecinta sepakbola saya selalu berharap anarkisme yang menimpa Aremania ini ber**. Kedewasaan Aremania jangan lagi diprovokasi dengan tindakan mereka yang tidak bertanggung jawab. Saya yakin dan percaya Aremania tidak akan pernah terpancing.
Pernyataan yang dapat saya sampaikan sekarang, Aremania tetaplah menjadi suporter yang paling militan dan kreatif di Indonesia. Kedewasaan sikap mereka patut dicontoh oleh suporter manapun. Semoga berbagai cobaan yang menimpa Arema membuka mata para penegak hukum dan kita semua bahwa masih banyak problem non teknis dalam dunia sepakbola yang perlu dibenahi. Jaminan keamanan terbaik harus menjadi prioritas dalam sebuah pertandingan. Dan unsur penunjang keamanan yang dimaksud adalah kesadaran para suporter.
Salam satu jiwa buat Arema dan Aremania. Maju terus dan hadapilah setiap kerikil-kerikil tajam yang mengganggumu dengan tekad baja. Jagalah selalu reputasimu sebagai suporter terbaik yang menolak anarkisme di seluruh bumi Nusantara. | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 4:27 am | |
| MEREKA BERBICARA TENTANG AREMA
Lebih Semangat Lagi H Gandi Yogatama (Manajer Arema Ligina VI, Divisi I - 2004, Ligina XI)
Tidak terasa sudah 19 tahun Arema berdiri. Saya melihat banyak hal yang sudah terjadi. Tapi yang paling utama, semoga Arema bisa mempertahankan gelar Juara di Copa Indonesia. Karena hanya di kompetisi inilah, peluang kita untuk meraih gelar juara.
Saya tetap yakin, Arema bisa mempertahankan gelar tersebut. Namun bagi pemain, mereka harus lebih semangat lagi dalam memotivasi diri sendiri. Karena semuanya tergantung kepada masing-masing pemain. Hal itulah yang saya lihat agak kurang pada mereka ketika bermain di babak delapan besar.
Dari sisi materi pemain, saya melihat materi pemain Arema tidak kalah dibandingkan tim-tim lain. Bahkan mungkin lebih baik. Tapi pemain-pemain Arema sepertinya kurang punya motivasi tinggi untuk bertanding. Tapi sudahlah, mungkin kita belum beruntung di musim kompetisi ini. Juga tidak ada manfaatkan terus menyesali nasib. Yang penting, kita harus berubah di musim mendatang.
Satu hal yang harus diperhatian Arema, adalah memberikan hadiah istimewa pada hari ulang tahun besok (hari ini, Red.). Caranya, harus memenangkan pertandingan lawan Persipur. Jangan melihat Persipur tim dari Divisi I. Mereka tetap harus mewaspadai kekuatan Persipur.
Karena jalan terbaik untuk bisa mempertahankan gelar juara, adalah terus memenangkan pertandingan. Sekalipun saat ini kondisi PSSI sedang 'aneh', saya tetap yakin Arema bisa meraih prestasi. Tentunya dengan dukungan seluruh Aremania dan masyarakat sepak bola lainnya.
Selamat ulang tahun Arema. Semoga selalu sukses dan bisa membawa nama baik Arek-arek Malang. (poy) | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 4:27 am | |
| Tarik Pemain Asli Malang Iwan Budianto (Manajer Arema Ligina IV, VII - VIII)
Saya tetap yakin, Arema akan bisa berprestasi lebih bagus lagi di musim mendatang. Namun kalau Arema ingin mengembalikan karakter permainan keras ala Malangan, Arema harus bisa merekrut pemain yang memang punya karakter keras. Tarik kembali pemain-pemain asli Malang, yang memang sudah tahu bagaimana karakter permainan Arema.
Jika tidak bisa menarik pemain asli Malang, Arema harus bisa mendapatkan pemain yang memang punya karakter permainan keras. Seperti Mahyadi Pangabean, Syamsul Chaeruddin atau Hamka Hamzah. Karena pemain-pemain yang memang berkarakter keras itu, tidak canggung lagi kalau diminta tampil keras, seperti harapan suporter.
Saya melihat, pemain seperti Joao Carlos dan Firman Utina, jelas tidak bisa jika dipaksakan bermain keras. Padahal, saya tahu keinginan Aremania adalah melihat Arema bermain dengan karakter keras, seperti musim-musim sebelumnya. Karena karakter keras itu memang sudah menjadi trade mark Arema.
Dampaknya jika pemain tidak punya karakter keras, tapi diminta tampil keras, justru akan banyak melahirkan kartu. Ketika Arema baru main lawan Persik, mereka bilang kalau wasit terlalu mudah mengeluarkan kartu kuning untuk pemain-pemain Arema.
Kalau dari kacamata saya, kenapa kartu itu keluar, karena pemain-pemain Arema yang tidak punya karakter keras, dipaksakan harus bisa main keras, untuk memenuhi keinginan suporter. Dampaknya, mereka tidak main keras tapi kasar. Jika sudah begitu, wajar kalau wasit memberikan kartu kuning.
Hal lain yang bisa menjadi masukan untuk Arema. Manajer dan pelatih, harus lebih keras lagi dalam memberikan motivasi kepada pemain. Motivasi itu bukan sekadar pemberian bonus. Saya yakin, Mas Satrija dan Pak Benny, paham bagaimana pemompa semangat dan memotivasi pemain.
Saya pikir, hal-hal itulah yang perlu dipertimbangan Arema, agar lebih berprestasi lagi. Karena Arema sudah menjadi tim besar. Selain itu, Arema juga sudah didukung oleh manajemen yang sangat baik. Disiplin pemain juga cukup tinggi.
Namun satu hal yang perlu juga diingat. Kita sekarang berada di iklim sepak bola Indonesia. Setiap pemain pasti berbeda-beda dalam penerapan disiplin itu. Jadi tidak bisa kita hanya menerapkan disiplin ansih. Kita harus mengerti karakter pemain-pemain itu sendiri. Jangan sampai ada kebiasaan pemain yang dihilangkan, karena itu akan mempengaruhi permainan mereka.
Yang pasti, atas nama pribadi dan keluarga, termasuk Persik Kediri, saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-19 untuk Arema. Semoga di musim-musim mendatang, lebih sukses lagi. (avi) | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 5:47 am | |
| Jatuh dari Kereta, Aremania Tewas
Kabar duka mengiringi kekalahan Arema kemarin. Seorang Aremania, suporter Arema, ditemukan tewas dari daerah Basongan, Batu, Kediri, kemarin. Dia adalah Sugeng Priadi, 24. Warga Jl Tojoyo Gg III, Pagentang, Singosari, itu tewas setelah terjatuh dari kereta api Matarmaja yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Menurut Achmad, 27, tetangga korban, peristiwa tragis itu terjadi saat gerbong kereta dipenuhi ratusan Aremania yang bertolak menuju Solo. Karena berjubal penumpang, korban pamit ke salah satu temannya untuk pindah ke belakang. "Dia pamit ke belakang karena kegerahan," kata Ahmad.
Tidak lama kemudian dari belakang dirinya mendengar suara penumpang yang mengatakan ada orang jatuh. Mendengar berita itu, Achmad kemudian meneliti satu per satu orang yang masuk dalam rombongannya. "Rombongan kami berjumlah sepuluh orang termasuk korban. Ketika mendengar informasi itu, dari sepuluh orang hanya Sugeng yang tidak ada," ujarnya.
Achmad beserta rombongan kemudian meneliti satu persatu orang yang berada di gerbong paling belakang itu. Karena masih juga tidak ketemu, akhirnya Achmad dkk percaya bahwa informasi ada orang jatuh itu adalah Sugeng. Kepanikan itu bertambah ketika kereta terus melaju dan berhenti di Stasiun Kertosono.
Sesampai di stasiun, Achmad melaporkan kejadian itu ke pihak kepolisian setempat dengan maksud mencari bantuan petugas mencari korban. "Kami diantar petugas hanya sampai perbatasan Kediri," katanya.
Kemudian mereka mencari korban dengan menyisir sepanjang rel. Pencarian itu memakan waktu sekitar enam jam. Akhirnya korban ditemukan di bawah jembatan di Desa Basongan, Bagu, Kediri, dengan kondisi tak bernyawa. "Kami mencari dari jam lima sore sampai sepuluh malam," ungkap Ahmad.
Kejadian itu dilaporkan pada polisi setempat. Korban pun dievakuasi ke rumah sakit. Usai dilakukan pemeriksaan, jasad Sugeng dibawa pulang ke kediamannya di Singosari. "Tiba di rumah duka sekitar pukul tiga dini hari dan kemudian dimakamkan pukul sepuluh," ujar Achmad yang ditemui di rumah duka. (sis/jpnn) | |
| | | aremania samuraix PEMAIN AREMA STARTER
Jumlah posting : 686 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 1:40 pm | |
| Aremania, Kemasan Apik Fanatisme Ditulis oleh Mia Fiona E. Reporter: aank, agung, mia fiona, rifki Jika anda sempat nonton The Cup, sebuah film independen yang mengambil lokasi syuting di Nepal, anda akan melihat bagaimana demam sepakbola merambah ke sebuah biara. Sebuah tempat di pegunungan Himalaya yang menjadi simbol pengasingan diri para biksu dari kehidupan duniawi. Dalam film ini sepak bola tak hanya sekedar menjadi tontonan pertandingan dua bangsa berbudaya yang berebut bola demi sebuah Cup (piala). Tetapi juga menjadi media para biksu untuk berhubungan dengan kenikmatan duniawi di luar biara. The Cup mengisahkan seorang biksu kecil yang rela melakukan apa saja untuk menonton final Piala Dunia ’98. Mulai dari berbohong, meminjam uang sampai dengan taruhan. Di sebuah tempat terpencil, di pegunungan Himalaya, demam bola pun menjangkit. Apalagi Malang. Sebuah kota di Indonesia dengan dua klub sepakbola yang ikut kompetisi Liga Indonesia, yaitu Arema dan Persema. Satu hal yang tidak bisa lepas dari sepakbola adalah keberadaan suporter atau pendukung dari sebuah klub sepakbola. Tanpa kehadiran mereka maka sebuah pertandingan terasa hambar dan tidak menyenangkan. Apalagi keberadaan mereka seringkali membuat para pemain semakin bersemangat dan berusaha meraih kemenangan untuk memuaskan para pendukungnya. Biasanya antara suporter dan klub yang didukungnya tercipta suatu ikatan emosional yang saling mendukung seperti yang terjadi pada Aremania dan Arema. Aremania adalah sebuah gejala baru di dunia sepakbola Indonesia, yaitu model dukungan yang santun dan atraktif pada klub. Dukungan yang selama ini hanya berbentuk teriakan-teriakan penambah semangat diganti dengan aksi-aksi atraktif Aremania. Mulai dari penciptaan lagu-lagu, tarian, aksi bendera bahkan cap suporter rusuh pun mulai hilang dari fans Arema ini. Hal ini pun diikuti oleh suporter klub-klub lain di Indonesia. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pun mengakui kontribusi Aremania pada dunia sepakbola Indonesia. Bahkan pada tahun 2000 Aremania mendapat penghargaan sebagai suporter terbaik. “Sepak bola Indonesia seharusnya berterima kasih kepada Aremania karena mampu membawa suasana baru bagi persepakbolaan di Indonesia, terutama pada suporter sepakbola,” komentar Ronny Pattinasarany yang ditemui saat pertandingan Indonesia lawan Cina di Jakarta. Suporter dan Fanatisme Keberadaan suporter di Malang menurut Ir. Lukman M. Ba’sa, sekretaris umum Persema, terbagi menjadi 3 kelas yaitu: Pertama, orang yang menonton bola, yang mencari teknik permainan, kerjasama tim, dan pertandingan yang bagus. Kedua adalah orang yang nonton Arema. “Yang dicari mereka ini adalah tontonan atraksi Aremania atau sekedar menjadi peserta atraksi,” terang Lukman. Menurutnya mereka inilah para loyalis dan jumlahnya terbesar di Malang. Sedangkan kelompok ketiga adalah orang yang sumpek di rumah dan mencari hiburan dengan nonton bola. Sementara itu Totok Satrio Nugroho, perwakilan Korwil Palm di situs Aremaniacyber.com, juga membagi suporter dalam tiga bagian yaitu: Suporter Konvensional yang mendukung timnya lebih pada angka yang diraih. Kemenangan adalah suatu keharusan, bagaimana permainan itu sendiri bagus atau tidak soal belakangan. Kedua Suporter Progresif yang fanatik tapi proporsional dalam memberikan dukungan. Terakhir adalah Suporter Progresif-Moderat yang fanatik pada tim kebanggaannya namun tidak terjebak dalam fanatisme sempit. Akan tetapi seperti apakah fanatisme sempit itu? Mungkin suporter fanatik Liverpool, salah satu klub liga utama Inggris yang menjadi legenda di negerinya, bisa sebagai contoh. Mereka rela memberikan apa saja untuk sebuah kejayaan klub bahkan nyawa sekalipun. Tercatat dalam sejarah tragedi Heysel tahun 1985 dimana Liverpool bertemu Juventus di final Piala Champion di Brussel, Belgia. Stadion Heysel sudah penuh sesak tapi masih banyak suporter Liverpool yang memaksa masuk, ternyata bangunan stadion tak kuasa menahan desakan ribuan penonton. Tembok stadion pun jebol dan banyak penonton yang mati karena terinjak-injak atau tertimpa reruntuhan tembok. Tiga puluh sembilan suporter Juventus tewas dalam tragedi [center] | |
| | | aremania samuraix PEMAIN AREMA STARTER
Jumlah posting : 686 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 1:42 pm | |
| lanjutan....
Empat tahun setelah tragedi itu, dunia kembali dikejutkan dengan tragedi Hillborough 1989 saat Liverpool ditantang Notingham Forest di semifinal FA Cup 89. Ribuan pendukung Liverpool tanpa tiket memaksa masuk ke stadion, akibatnya banyak penonton yang terinjak-injak dan sebagian lari ke tengah lapangan. Dalam tragedi itu sembilan puluh enam orang mati dan kali ini dari pendukung Liverpool.
Di tubuh Arema sendiri, Ir. Lucky Adrianda Zaenal mengakui keberadaan Aremania sekarang ini sebagai pendukung fanatik merupakan sebuah proses yang berjalan selama belasan tahun. Ketika masih berlaga di Galatama, Arema sudah mempunyai pendukung terbanyak. Padahal saat itu sulit sekali untuk mencari dukungan. Jumlah penonton yang menyaksikan pertandingan Arema adalah yang terbanyak bila dibandingkan dengan klub-klub di Galatama awal tahun 1980-1990. Ketika itu belum ada Bonek (pendukung Persebaya), Pasoepati (pendukung Pelita Solo) atau Jackmania (pendukung Persija) seperti sekarang ini. Lucky melihat hal tersebut sebagai suatu fanatisme kedaerahan.
Suporter Arema sendiri pernah mengalami masa kegelapan ketika masyarakat Malang masih terbagi-bagi dan tawuran antar kampung adalah hal yang lumrah. Jika Arema bertanding di kandang, Malang seakan menjadi kota mati, toko-toko tutup dan jalanan menjadi sepi. Kendaraan berplat L (plat nomor kendaraan Surabaya) tidak ada yang berani keluar karena pasti menjadi sasaran amuk massa.
Kapan lahirnya pendukung fanatik Singo Edan ini tidak diketahui secara tepat, tetapi kemunculan Aremania menurut Agus dan Yudistira, pengurus Korwil Aremania Brawijaya (Araya), sebagai akumulasi dari peristiwa kerusuhan-kerusuhan yang sering terjadi serta kejenuhan yang menyertainya. Ada juga sebab lain yaitu perubahan paradigma sebagai suporter yang tidak ingin mencapai sebuah kemenangan dengan mengintimidasi tim lawan, misalnya dengan melemparinya batu. Sementara itu menurut Yoeli, salah satu dirigen Aremania, Aremania ada secara alamiah dimana komitmen awalnya adalah menyatukan suporter supaya maju dan menjadi panutan suporter lain.
Melihat tipikal orang Malang yang cenderung keras dan kasar, sampai-sampai mengalahkan kekasaran bonek Surabaya, membutuhkan adanya peredam. Aremania dianggap sebagai salah satunya. Wawan, ketua Korwil Araya, yang lebih dikenal dengan Klowor mengatakan bahwa Aremania adalah senjata ampuh untuk meredam emosi terutama untuk orang Malang. “Mereka sering bertemu di stadion, saling kenal, sering nyanyi, dan atraksi bareng, orang-orang yang dulu terlibat perkelahian antar kampung, akhirnya seperti saudara,” terang mahasiswa fakultas Ekonomi Unibraw ini. Hal senada juga dilontarkan oleh Yoeli. Menurutnya aman atau rusuhnya sebuah kota itu sangat tergantung pada warganya sendiri. Walaupun aparat diperbanyak kalau warga tidak dewasa pasti tetap rusuh. Sebuah kesolidan menurut Yoeli harus didasari jiwa memiliki, kecintaan pada klub dan Malang sebagai wilayahnya.
Keberadaan Aremania sendiri lebih condong pada bentuk paguyuban, bukan sebagai sebuah organisasi. Ini terlihat dari tidak adanya struktur organisasi atau kepengurusan, yang ada hanyalah korwil (koordinator wilayah, sama seperti divisi atau region -red) yang dipilih oleh wilayah bersangkutan. Setiap korwil mempunyai ketua, wakil, dan sekretaris masing-masing yang mengurus keperluan korwil tersebut. Akan tetapi bukan berarti tidak ada yang ingin mengorganisasikan Aremania, menurut Klowor hal inilah yang selalu menjadi pro dan kontra di kalangan Aremania sendiri.
Di satu sisi dengan adanya wadah atau organisasi akan memudahkan akses ke luar dan masalah-masalah intern bisa diolah. Tetapi di sisi lain Aremania selama ini besar karena kebersamaan dan kekeluargaan. Mereka yang kontra dengan pengorganisasian Aremania beranggapan tanpa organisasipun Aremania masih bisa tetap berjalan. H. Slamet, salah satu ketua korwil, menyatakan bahwa Aremania bukanlah partai politik dan tidak mau mendukung salah satu golongan atau parpol. Aremania khusus mendukung Arema dan semua keputusan penting dihasilkan di forum musyawarah dan mufakat, misalnya forum silaturahmi.
Dari pihak yayasan (Arema-red) sendiri menurut Lucky, pernah membentuk wadah atau organisasi untuk pendukung mereka yaitu AFC (Arema Fans Club) yang dimulai dengan 10 korwil. Tetapi kemudian AFC mengalami kevakuman dalam kepengurusan, namun tidak bagi anggotanya buktinya mereka masih eksis sampai sekarang ini dan semakin besar.
Mereka ini kemudian bergabung dengan Aremania lain yang tidak berbentuk organisasi seperti AFC. Perkembangan Aremania sendiri kemudian sangat pesat. Menurut Klowor, jumlah terakhir korwil yang tercatat sekitar 120 orang dan sekarang ini semakin bertambah dengan munculnya Aremania di wilayah luar Malang seperti Sidoarjo, Pasuruan, Blitar dan wilayah lainnya. Bahkan Lucky sendiri mengatakan bahwa ketika Arema bertandang ke Bontang merasa terkejut karena ada sekitar 2000 orang dengan kaos Arema menyanyikan dan beratraksi yang sama dengan Aremania Malang.
Keberadaan Aremania yang tidak terorganisir secara formal memang seperti pisau bermata dua. Pada mata pisau satunya, tidak adanya organisasi yang bisa menjaga agar kekuatan Aremania berimbang. Aremania tidak memerlukan ketua, karena, menurut Yoeli, ketua dianggap bisa menguasai massa Aremania untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
Tetapi di mata pisau yang lain, Aremania rawan untuk pecah karena konflik internal seperti kesalahpahaman antar korwil, masalah dana, dan sebagainya. Mengenai semua permasalahan ini H. Slamet menceritakan setiap ada persoalan yang terjadi antar korwil selalu diselesaikan secepatnya dengan cara musyawarah. Seperti kasus dana yang diperoleh salah satu korwil sewaktu ke Sidoarjo atau merasa tidak menerima undangan untuk ikut ke Senayan. Ternyata semua persoalan itu hanya kesalahpahaman dan sudah diselesaikan secara damai.
Arema atau Persema?
Adalah hal yang lazim bila dua klub yang berada di satu daerah saling berusaha mendapatkan tempat di hati masyarakatnya. Tetapi yang terjadi di Malang adalah masyarakat cenderung mendukung Arema, klub yang secara keuangan dan fasilitas lebih minim dari Persema yang dibiayai oleh pemerintah daerah Malang. Ini serupa dengan yang dialami oleh Klub Manchester City (MC) di Inggris. Penduduk kota Manchester lebih mendukung MC daripada klub kaya Manchester United, yang pendukungnya lebih banyak berasal dari daratan Inggris di luar Manchester. Kasus yang sama juga dialami oleh Torino yang sekota dengan klub terkaya Italia, Juventus.
Arema yang berdiri tanggal 11 Agustus 1987 memang langsung mendapatkan animo masyarakat Malang. Lucky beranggapan hal ini lebih karena spesifikasi nama Arema. Sebab ketika berbicara Arema tidak lagi berbicara tentang asal dan kesukuannya. Pendatang pun apabila bicara tentang Arema dia juga Arema (arek Malang-red). Perihal nama tersebut dibenarkan oleh Yoeli. Ia menegaskan bahwa selama Persema dipegang oleh orang-orang plat merah (baca: pemerintah) yang sama sekali tidak mengerti masalah bola, maka dukungan suporter akan tetap pada Arema. Sementara itu, Ir. Lukman lebih melihat fenomena ini sebagai pilihan masyarakat. “Pilihan masyarakat lebih pada klub yang berprestasi, seperti Arema yang juara Galatama tahun 1993,” ujarnya. Keterbatasan ekonomi pun turut mempengaruhi kondisi ini. Ditambahkan olehnya bahwa keterbatasan ekonomi menyebabkan masyarakat tidak menonton semua pertandingan dari kedua klub.
Benang kasih yang terjalin antara Arema dengan Aremania berlangsung secara timbal balik. Hubungan itu pun hanya bersifat koordinatif bukan pada tingkatan struktur. Para Aremania sepakat bahwa Aremania itu ada untuk Arema, dimana mereka bisa menyalurkan kreativitas dan dukungannya kepada Arema Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi kalau Arema tidak ada. Seperti salah satu bait lagu yang sering mereka nyanyikan pada setiap pertandingan Arema. “Kami ini Aremania. Kami selalu dukung Arema. Di mana pun berada, kami selalu ada. Karena kami Aremania…”. Arema bisa bertahan karena ada Aremania. Keberadaan Aremania sangat berguna bagi Arema yang mempunyai masalah yang klasik soal pendanaan.
Lucky menyebutkan bahwa dibandingkan dengan dana dari sponsor Arema saat ini maka income dari penjualan tiket jauh lebih besar. Ini menunjukkan bahwa Aremania dan Arema tidak bisa dipisahkan, ikatan emosional yang terjalin tidak bisa diputuskan begitu saja. Menurut Klowor, suporter Indonesia belum seperti mereka yang berada di Italia atau Inggris. Di kedua negara itu, suporter bisa mempengaruhi kinerja kepengurusan atau kebijakan yang dikeluarkan klub. Memang Aremania mempunyai fungsi kontrol sebatas mengenai tiket masuk atau memberikan masukan mengenai pemain atau persoalan lainnya tetapi belum mempunyai titik tawar yang kuat.
Lain pula dengan yang terjadi pada Persema, klub yang dimiliki dan didanai oleh Pemda Malang. Klub yang secara finansial kuat ini ternyata kurang mendapat tempat di hati masyarakat Malang. Padahal lahirnya klub ini jauh lebih lama dari Arema, yaitu sewaktu jaman penjajahan Belanda. Saat itu di Malang banyak sekali terdapat klub sepakbola yang kemudian membentuk perserikatan bernama Uni Bond Malang. Pada tanggal 20 Juni 1953, perserikatan ini berubah nama menjadi Persema dan kemudian diresmikan.
Walaupun didukung oleh pemda, ternyata Persema juga pernah mengalami krisis pendanaan. Menurut Lukman ini terjadi karena dana dari pemda hanya memenuhi sebagian kebutuhan Persema. Faktor penyebabnya adalah tidak adanya sponsorship dan terlambatnya bantuan dari PSSI. Selain itu tidak adanya pemasukan dari penjualan tiket turut membuat nafas Persema kembang kempis. Namun, apabila di tahun 2001 ini Persema kembali mengalami krisis maka ini adalah suatu keanehan. Pasalnya, alokasi dana dari APBD tahun anggaran 2001 untuk Persema mencapai Rp 1.500.000.000,- sedangkan Arema hanya mendapatkan alokasi sebesar Rp 150.000.000,- .
Antara Harapan dan Kenyataan
Sepakbola nasional selalu identik dengan kerusuhan dan adu jotos antar pemain dan suporter. Mungkin benar bahwa kemunculan Aremania adalah suatu pencerahan yang terjadi di dunia persuporteran sepak bola nasional. Sayangnya, kedewasaan dan kreatifitas yang ditunjukkan oleh Aremania hanya sekedar dikagumi dan disanjung-sanjung, bahkan (sempat) dianugerahi predikat suporter terbaik. Tidak ada tindak lanjut yang tegas dari PSSI dan pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan dunia bola dan persuporteran guna memperbaiki citra sepakbola dan suporter Indonesia yang sudah terlanjur rusak. Walaupun ada suporter yang mengikuti jejak Aremania seperti Pasoepati Solo dan Matchman Makassar yang menyebutkan Aremania sebagai gurunya, toh masih banyak suporter klub lain yang lebih menyukai tindakan brutal untuk menunjukkan fanatismenya.
Banyak pihak yang berusaha untuk memancing kemarahan para Aremania, salah satunya adalah para Bonek yang memang secara historis adalah musuh bebuyutan Aremania. Kasus yang terakhir adalah kerusuhan antara Bonek dan Aremania di Sidoarjo beberapa waktu lalu. Beban penghargaan supoter terbaik pun tidak bisa membuat Aremania tetap diam menerima perlakuan seperti itu. Buktinya, ketika Aremania ke Senayan untuk memenuhi undangan PSSI guna memberi dukungan kepada timnas Indonesia kemarin. Aremania sempat membentangkan spanduk bertuliskan, “Harga diri lebih penting dari pada penghargaan” , sebagai ekspresi kemarahan mereka terhadap bonek.
Bukan suatu harapan yang muluk bila Klowor menginginkan untuk bisa aman ikut mendukung, nonton, dan beratraksi buat Arema ke mana saja tanpa harus takut dilempari atau diganggu oleh suporter lain. Ataupun seperti Yoeli yang ingin Aremania bisa seperti suporter di Inggris dan Italia, bisa nonton enak diiringi dengan lagu dan atraksi. Orang yang mau nonton bola pun merasa aman dan nyaman tanpa khawatir dengan adanya kerusuhan.
Para Aremania sendiri menganggap selama ini perlakuan PSSI seperti menganaktirikan Arema. Ketika partai derby rusuh lalu, Yoeli merasa bahwa para pemainlah yang berkelahi tetapi mengapa para Aremania juga ikut dihukum. Hukuman yang diberikan kepada Harianto (pemain Arema) sangat berat padahal ada pemain lain yang juga melakukan pelanggaran malah tidak dapat sanksi.
Lucky dan H. Slamet juga mengakui kalau Arema memang pantas dihukum karena kerusuhan sewaktu derby itu. Hanya, mereka menyayangkan adanya klub lain yang melakukan tindakan lebih berat malah bisa lolos dari hukuman. Memang di tubuh PSSI sendiri ada perubahan, itu diakui oleh Lucky. Tetapi tidak sampai disitu saja. Lucky berharap tubuh PSSI harusnya bersih dari kepentingan-kepentingan politis untuk sebagian orang yang bermain di balik layar.
Mengenai keberadaan PSSI ini Ronny, yang juga pengamat bola nasional, menganggap proses perkembangannya sama seperti yang dialami Arema sendiri sekarang. Menurutnya PSSI memang harus merubah manajemennya dan itu bukanlah suatu hal yang mudah serta membutuhkan jangka waktu yang lama. “PSSI sekarang berani memberikan sanksi-sanksi supaya persepakbolaan nasional bisa berkembang,” jelas Ronny memberi contoh.
Melihat kondisi persepakbolaan dan keberadaan PSSI yang demikian, Lucky menganggap itu sangat jauh dari kondisi sepakbola Eropa yang sangat profesional. Di Indonesia sebuah pertandingan sering ditunda karena keamanan yang tidak kondusif dan sangat bergantung juga pada situasi politik. Rasanya sulit untuk menciptakan persepakbolaan seperti di Italia, tapi paling tidak semangat saat bernyanyi dan melakukan berbagai atraksi yang menghibur serta menarik perhatian banyak orang ada. Bahkan mungkin Aremania lebih bisa menahan diri daripada suporter klub-klub Eropa. Biasanya, kalau kompetisi sedang memuncak perkelahian antar suporter tidak bisa dibendung lagi seperti perkelahian antar suporter Roma dan Napoli yang menyebabkan banyak orang cedera, termasuk aparat.
Sepakbola, Agama Kedua di Malang?
Di Italia, seorang pemain bola atau pemilik klub jauh lebih dikenal dari pada presiden Italia sendiri. Tak heran mayoritas anak kecil di sana lebih memilih menjadi pemain sepakbola dari pada terlibat dalam kancah politik ketika mereka dewasa. Kehidupan masyarakat Italia sehari-harinya tidak pernah lepas dari bola, mulai dari mereka bangun hingga saatnya untuk tidur kembali topik yang mereka bicarakan hanyalah seputar bola dan bola. Di negeri yang masyarakatnya terkenal sebagai penganut agama Katolik Roma yang taat dan fanatik ini, sepakbola sudah dianggap menjadi agama kedua mereka. Tuhannya adalah klub yang mereka puja dan dewa-dewakan. Apapun akan mereka lakukan demi klub kebanggaannya.
Akhirnya, di Indonesia, orang lebih sering membicarakan sepakbola di negeri orang. Buntutnya, persepakbolaan dalam negeri dianggap angin lalu, sepi. Sementara di Malang, para kera ngalam (dibalik, Arek Malang) ini menganggap Arema adalah yang pertama dan yang terutama. Dukungan untuk Arema semakin bertambah dan keberadaan Aremania menjadi indikatornya. Seperti yang diungkapkan Yudistira dan Agus, ‘‘Andaikata Aremania mempunyai seorang pemimpin tunggal maka dia akan lebih populer daripada walikota, sehingga walikota tidak akan mempunyai pengaruh sama sekali.’’ Ketika persepakbolaan kita semakin maju, ada suatu harapan suatu hari nanti I Putu Gede lebih terkenal dari pada Alessandro Nesta sekalipun. Semoga. | |
| | | Alan_Batavia AKADEMI AREMA JUNIOR
Jumlah posting : 243 Join date : 24.06.08 Lokasi : Blok_M
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Mon Jul 28, 2008 2:24 pm | |
| - Dam NoiL wrote:
- Jatuh dari Kereta, Aremania Tewas
Kabar duka mengiringi kekalahan Arema kemarin. Seorang Aremania, suporter Arema, ditemukan tewas dari daerah Basongan, Batu, Kediri, kemarin. Dia adalah Sugeng Priadi, 24. Warga Jl Tojoyo Gg III, Pagentang, Singosari, itu tewas setelah terjatuh dari kereta api Matarmaja yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Menurut Achmad, 27, tetangga korban, peristiwa tragis itu terjadi saat gerbong kereta dipenuhi ratusan Aremania yang bertolak menuju Solo. Karena berjubal penumpang, korban pamit ke salah satu temannya untuk pindah ke belakang. "Dia pamit ke belakang karena kegerahan," kata Ahmad.
Tidak lama kemudian dari belakang dirinya mendengar suara penumpang yang mengatakan ada orang jatuh. Mendengar berita itu, Achmad kemudian meneliti satu per satu orang yang masuk dalam rombongannya. "Rombongan kami berjumlah sepuluh orang termasuk korban. Ketika mendengar informasi itu, dari sepuluh orang hanya Sugeng yang tidak ada," ujarnya.
Achmad beserta rombongan kemudian meneliti satu persatu orang yang berada di gerbong paling belakang itu. Karena masih juga tidak ketemu, akhirnya Achmad dkk percaya bahwa informasi ada orang jatuh itu adalah Sugeng. Kepanikan itu bertambah ketika kereta terus melaju dan berhenti di Stasiun Kertosono.
Sesampai di stasiun, Achmad melaporkan kejadian itu ke pihak kepolisian setempat dengan maksud mencari bantuan petugas mencari korban. "Kami diantar petugas hanya sampai perbatasan Kediri," katanya.
Kemudian mereka mencari korban dengan menyisir sepanjang rel. Pencarian itu memakan waktu sekitar enam jam. Akhirnya korban ditemukan di bawah jembatan di Desa Basongan, Bagu, Kediri, dengan kondisi tak bernyawa. "Kami mencari dari jam lima sore sampai sepuluh malam," ungkap Ahmad.
Kejadian itu dilaporkan pada polisi setempat. Korban pun dievakuasi ke rumah sakit. Usai dilakukan pemeriksaan, jasad Sugeng dibawa pulang ke kediamannya di Singosari. "Tiba di rumah duka sekitar pukul tiga dini hari dan kemudian dimakamkan pukul sepuluh," ujar Achmad yang ditemui di rumah duka. (sis/jpnn) ini salah satu bukti loyalitasx AREMANIA terhadap team AREMA.Nyawa melayang demi arema pun tak jd masalah bkn hanya almarhum sugeng saja yg terkena musibah seperti itu ingad waktu arema untuk kali pertama bertanding d kanjuruhan pagar stadion yg tak mampu menahan ribuan AREMANIA pun roboh dan satu korban meninggal dunia klo tak salah warga sawojajar. jujur jesQ mrinding moco artikel neng ndhukur Bisa d bilang AREMA menjadi agama ke dua bagi warga MALANG RAYA | |
| | | kpkprembun suporter
Jumlah posting : 8 Join date : 10.07.08 Age : 49
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Fri Aug 01, 2008 4:06 pm | |
| | |
| | | aremania samuraix PEMAIN AREMA STARTER
Jumlah posting : 686 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Fri Aug 08, 2008 11:59 am | |
| Dari Rock ke Aremania Oleh djunaedird Tanggal 27-05-2008 Kategori Arema, Komunitas, Wisata
Di era tahun 70-an kota Malang identik dengan Musik Rock. KOMPAS mengatakan bahwa rock menjadi ikon kota Malang. Grup Band Rock kalau belum pernah main di Malang, belum diakui sebagai grup band yang disegani. The Rollies, Giant Step, God Bless, untuk menyebut beberapa nama, memerlukan tampil di Malang, agar namanya bisa disegani di blantika musik Indonesia. Namun kini, sejak tahun 90-an, ikon itu telah berubah menjadi Aremania. Dikatakan oleh KOMPAS bahwa: Komunitas pendukung klub sepak bola Arema Malang ini seolah lahir begitu saja pada tahun 1990-an seiring perkembangan klub swasta Arema Malang. ”Tidak ada yang membentuk Aremania karena komunitas ini terbentuk dengan sendirinya. Siapa pun yang mencintai Aremania boleh ikut meski bukan orang Malang,” kata Yuli Sumpil, dirigen Aremania. Sampai sekarang, komunitas ini dibiarkan cair, tanpa struktur, ketua, apalagi pembina. Maksudnya agar Aremania tidak tersusupi kepentingan tertentu. Aremania tidak ingin seperti komunitas suporter sepak bola di kota lain yang menjelang pemilu bisa diubah menjadi mesin politik. Hanya dengan mempertahankan karakternya yang cair itu, lanjut Yuli, Aremania bisa berkembang dan melekat di hati Arek Malang. Mengapa Aremania mudah diterima di hati Arek Malang? Cerpenis Ratna Indraswari Ibrahim mengatakan, karakter Aremania sesungguhnya mewakili sifat Arek Malang yang egaliter, guyub, kuat rasa persaudaraannya, dan terus terang. Karena itu, Arek Malang dengan senang hati mengidentifikasi dirinya sebagai Aremania. Komunitas ini juga masih mempertahankan tradisi untuk berbicara dengan bahasa walikan yang kata-katanya dieja dari belakang. Mas menjadi sam, singo edan menjadi ongis nade, saya menjadi ayas, arek malang menjadi kera ngalam. Cuma kata kodok yang tak mungkin dibolak-balik karena hasilnya tetap kodok juga. | |
| | | aremania samuraix PEMAIN AREMA STARTER
Jumlah posting : 686 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Fri Aug 08, 2008 12:14 pm | |
| Lautan Aremania Sambut Singo Edan Posted by Praminto on Nov 21, '05 11:42 PM for everyone Category: Other
Selasa, 22 November 2005 JAWA POS dotcom
SURABAYA - Aremania membuktikan janjinya. Ratusan ribu suporter fanatik tim Arema Malang itu menyambut kedatangan I Putu Gede dkk kemarin, layaknya seperti pahlawan. Mendarat di Bandara Juanda pada pukul 16.00 WIB, mereka langsung disambut aplaus pengunjung bandara.
Menjelang pukul 17.00 WIB, rombongan bus yang membawa pemain dan ofisial memasuki kawasan Sukorejo (perbatasan Pasuruan dengan Malang). Mereka langsung mendapat pengawalan ribuan Aremania dengan menggunakan sepeda motor dan mobil menuju Malang.
Lautan biru suporter meronai mulai dari kawasan Lawang (pintu masuk Malang sebelah utara) hingga markas Arema di kawasan obyek wisata Sengkaling, Dau, Kabupaten Malang. Di sepanjang jalan, jutaan warga Malang Raya ikut memberi penyambutan dengan melambaikan tangan.
Selama konvoi, Aremania terus meneriakkan yel-yel khas Aremania. Mereka juga mengelu-elukan klub berlogo kepala singa dan pemain Arema. "Hidup Arema, hidup Firman Utina," teriak Aremania.
Dengan atribut kebesarannya kostum warna biru, mereka sudah menunggu kedatangan rombongan tim Arema sejak pagi hari. Mereka bersuka cita pesta pora merayakan kemenangan tim kesayangannya pada pentas Piala Indonesia (Copa Dji Sam Soe) 2005.
Sambutan luar biasa juga datang dari masyarakat yang memadati seluruh ruas jalan. Saking banyaknya Aremania, perjalanan dari Lawang menuju Singosari sampai memakan waktu dua jam. Rombongan tim sendiri bari tiba di mes pada pukul 23.00 WIB.
Hingga berita ini diturunkan, konvoi tersebut masih berlangsung. Bahkan konvoi juga melewati sejumlah jalan protokol Kota Malang. Konvoi kendaraan berjalan lambat.
Akibatnya, kemacetan panjang di jalur Surabaya menuju Malang tidak terhindarkan. Termasuk jalur sebaliknya dari Malang menuju Surabaya ikut terkena imbasnya.
Konvoi ribuan suporter tersebut pernah terjadi saat konvoi menyambut kemenangan Arema menjuarai kompetisi Divisi I PSSI tahun lalu. Aparat kepolisian tidak bisa berbuat banyak dan berusaha mengatur lalu lintas agar kemacetan tidak terlalu panjang.
"Kami terharu dengan sambutan luar biasa yang diberikan Aremania dan masyarakat Malang. Kemenangan dan juara ini kami persembahkan untuk mereka," kata Humas Arema M. Taufan. (sep/jpnn) | |
| | | suga_ngawalulub PELATIH KEPALA
Jumlah posting : 1440 Join date : 24.06.08
| Subyek: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Fri Aug 08, 2008 3:16 pm | |
| | |
| | | AREMANIAXI ANAK SSB SENIOR
Jumlah posting : 89 Join date : 01.08.08 Age : 44 Lokasi : suroboyo
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Sat Aug 09, 2008 1:30 pm | |
| iklan tv terbaru cellular "3" termasuk di thread iki gak ker,...? | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Sat Aug 09, 2008 1:43 pm | |
| kamsud t opo sam,sorry ayas suwe gak ndelok tv indo,kamsudnya gimna |
| | | Aruna Arema PEMAIN U21
Jumlah posting : 549 Join date : 27.07.08 Lokasi : Bintaro tapi te pindah nang Blok M
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Sat Aug 09, 2008 8:16 pm | |
| Iku lhow.. Ndek iklane "3" iku onok kera2 licek ngrungokno radio lha radione iku mengabarkan nek Malang bikin gol,, kera2 licek iku podho sorak2,, en seng gawe ayas ngrasa trharu dadi Arema iku kera2 licek iku podho gawe klambi Arema..
Dadi mnurut ayas iku menggambarkan nek ancene Malang iku koyok dadi kota seng terkenal tekok Arema en Aremania.. Meskipun tak secara langsung menyebut secara implisit nama "Arema dan Aremania"...
coba sampeyan goleki ae sam Jepang ndek YouTube nek wes onok... | |
| | | mamad AKADEMI AREMA JUNIOR
Jumlah posting : 201 Join date : 11.07.08 Age : 43 Lokasi : Ketapang, Kalimantan Barat
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Sat Aug 09, 2008 8:50 pm | |
| salut karo artikel e nyuwun sewu... njaluk ijin ngopi-paste artikel2 nang nduwur, supoyo iso direnungno maneh, sejauh mana arema dan aremania melangkah. sebab, hanya dengan melihat masa lalu lah seseorang bisa melihat dan melangkah ke depan...
mungkin onok sing nduwe artikel sejarah berdirine arema, terus kaitan antara arema dan aremania?
btw, onok artikel nang kompas pertengahan juli tentang pilkada jatim, nang suatu artikel menjelaskan bagaimana jatim dibagi menjadi 3 trah/tlatah, yoiku tlatah Mataraman (kulon : ngawi, madiun, pacitan, ponorogo, dll lor : tuban, lamongan), tlatah Arek (suroboyo, malang, jombang, sidoarjo) karo tlatah Pandulungan (lek gak salah), yoiku pasuruan, jember, bondowoso, madura, banyuwangi
Surabaya, Malang, Jombang dan Sidoarjo memang memiliki tlatah dan karakteristik yang hampir sama. tapi tak bisa dipungkiri, arek Malang jelas berbeda dengan arek sidoarjo dan jombang. tahukah anda sebabnya? semata-mata hanya karena diantara sesama warga Malang memiliki rasa persaudaraan dan rasa memiliki yang tinggi | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Sat Aug 09, 2008 10:46 pm | |
| - mamad wrote:
- salut karo artikel e
nyuwun sewu... njaluk ijin ngopi-paste artikel2 nang nduwur, supoyo iso direnungno maneh, sejauh mana arema dan aremania melangkah. sebab, hanya dengan melihat masa lalu lah seseorang bisa melihat dan melangkah ke depan...
mungkin onok sing nduwe artikel sejarah berdirine arema, terus kaitan antara arema dan aremania?
btw, onok artikel nang kompas pertengahan juli tentang pilkada jatim, nang suatu artikel menjelaskan bagaimana jatim dibagi menjadi 3 trah/tlatah, yoiku tlatah Mataraman (kulon : ngawi, madiun, pacitan, ponorogo, dll lor : tuban, lamongan), tlatah Arek (suroboyo, malang, jombang, sidoarjo) karo tlatah Pandulungan (lek gak salah), yoiku pasuruan, jember, bondowoso, madura, banyuwangi
Surabaya, Malang, Jombang dan Sidoarjo memang memiliki tlatah dan karakteristik yang hampir sama. tapi tak bisa dipungkiri, arek Malang jelas berbeda dengan arek sidoarjo dan jombang. tahukah anda sebabnya? semata-mata hanya karena diantara sesama warga Malang memiliki rasa persaudaraan dan rasa memiliki yang tinggi woww mbois iku sam artikel kompas e.. onok a sam??? njaluk po'o... | |
| | | nadeilakes PEMAIN U 19
Jumlah posting : 463 Join date : 24.06.08
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) Sat Aug 09, 2008 10:49 pm | |
| - Aruna Arema wrote:
- Iku lhow.. Ndek iklane "3" iku onok kera2 licek ngrungokno radio lha radione iku mengabarkan nek Malang bikin gol,, kera2 licek iku podho sorak2,, en seng gawe ayas ngrasa trharu dadi Arema iku kera2 licek iku podho gawe klambi Arema..
Dadi mnurut ayas iku menggambarkan nek ancene Malang iku koyok dadi kota seng terkenal tekok Arema en Aremania.. Meskipun tak secara langsung menyebut secara implisit nama "Arema dan Aremania"...
coba sampeyan goleki ae sam Jepang ndek YouTube nek wes onok... ndek endi jes? tak golek i ndek youtube gak ketemu i... tolong posting link e sam... | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) | |
| |
| | | | ARTIKEL-ARTIKEL MAUT! (JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!) | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |