Pelatih Arema Bambang Nurdiansyah menganggap Persijap Jepara lebih berat daripada Persita. Untuk menghentikan explosive Persijap yang baru mengalahkan Persik Kediri 2-0, Bambang mengharapkan pemainnya lebih disiplin dalam menjalankan instruksinya.
Menurut dia, saat Arema mengalahkan Persita 0-2 lalu di Stadion Jalak Harupat, ada pemain yang masih belum disiplin. Salah satunya adalah gelandang Souleymane Traore. Pemain asal Guinea tersebut terlalu sering overlap dalam membantu penyerangan.
Akibatnya, bila pemain Persita melakukan serangan balik, lini tengah Arema kesulitan dalam bertahan. Itu karena Souleymane sudah telanjur maju ke depan. Padahal, fungsinya di Arema bukan hanya membantu serangan. Tapi juga turut membantu dalam pertahanan. "Karena dia sering maju ke depan, maka fisiknya cepat habis. Ketika ada serangan balik dia nggandol," ujar Bambang.
Mantan pelatih PSIS Semarang ini mengatakan, dirinya sudah kerap memberikan teguran kepada Souleymane. Ketika diberi teguran saat latihan, mantan pemain PSS Sleman tersebut selalu menganggukkan kepala. Namun, ketika berlaga di lapangan, Souleymane kembali lupa. "Melawan Persijap, Souleymane harus lebih disiplin. Karena tim lawan memiliki serangan balik membahayakan," ungkap dia.
Seharusnya, tutur Bambang, dua pemain gelandang asingnya yakni Esaiah Pello Benson dan Souleymane bisa saling berganti peran. Mereka tak perlu banyak bergerak dan melakukan manuver-manuver hingga ke lini pertahanan lawan. Sebab bila terlalu banyak melakukan manuver, bukan hanya lini belakang yang rawan. Lini tengah juga bisa kosong karena ditinggal pemain.
Menurut mantan pemain Arema di era Galatama 1989 tersebut, pergerakan biar dilakukan oleh pemain yang berposisi striker dengan dibantu pemain sayap. Karenanya, jika Souleymane masih sering melakukan manuver dan kehabisan tenaga di tengah pertandingan, dirinya tak segan-segan akan mengganti perannya dengan pemain lokal. "Jika pemain fisiknya sudah drop, tentu dia tak akan bisa tampil maksimal," imbuhnya.
Berbeda dengan Souleymane yang dianggapnya masih kerap melanggar instruksi, Benson dianggapnya sudah menjalankan instruksinya. "Mungkin karena Benson sudah pernah main dengan saya di PSIS, maka dia bisa lebih memahami skema main yang saya inginkan," lanjut Bambang. (JP)