Ini masih cerita soal Helg Sgarbi (44) yang dijuluki sebagai gigolo Swiss. Gaya hidup kelas tingginya, sebagai upaya menjerat wanita kaya, kini terantuk teralis besi.
Dia diganjar 6 tahun penjara oleh pengadilan Munich pada Senin (9/3/2009) lalu setelah mengakui telah menipu, berusaha menipu dan berusaha memeras Susanne Klatten (46), pewaris BMW.
Media Eropa seperti Guardian dan The Telegraph, menggambarkan Sgarbi bukanlah pria yang tampan. Biasa-biasa saja. Namun dia pintar bermulut manis. Dengan mudah dia melumerkan hati para wanita kaya yang kesepian. Cukup dengan pendekatan singkat dan tanpa banyak penjelasan, dia bisa mengencani wanita-wanita kaya di Eropa.
Sgarbi tak pernah berhitung siapa saja korbannya. Yang jauh berumur dengan dia pun dia 'santap', asalkan bisa dia peloroti hartanya.
Korban lanjut usia Sgarbi itu adalah seorang bangsawan Prancis, Verena du Pasquier. Atas bujuk rayu Sgarbi yang mengaku sebagai pejabat Swiss untuk daerah yang terkena krisis, Verena menggelontorkan uang lebih dari Rp 464 miliar.
Sgarbi terpaksa mengembalikan Rp 414 miliar dari jumlah itu ke pemiliknya setelah teman-teman Countess Verena mengancam Sgarbi membawa kasus ini ke polisi. Countess Verena meninggal pada tahun 2003 dalam usia 83 tahun.
Masih ada sejumlah wanita kaya yang menjadi korbannya. Namun di antara mereka yang paling kaya adalah Susanne Klatten, wanita paling tajir di Jerman, dan masuk daftar orang terkaya di dunia.
Tak butuh waktu hingga setahun bagi Sgarbi untuk mengadali Klatten. Mereka berjumpa di sebuah resort kesehatan eksklusif di Innsbruck pada Juli 2007, sebulan kemudian terlibat affair di selatan Prancis, lalu berlanjut kencan di Hotel Holiday Inn Munich.
Di hotel inilah petaka Klatten dimulai. Dengan akal liciknya, Sgarbi memfilmkan hubungan terlarang mereka. Bagaimana ini bisa dilakukan?
Ternyata Sgarbi bekerjasama dengan kaki tangannya, seorang warga Italia bernama Ernano Barretta (63). Pria ini mensyuting dari kamar di sebelah kamar Sgarbi-Klatten. Bulan depan Barretta diadili dengan tuduhan penipuan dan pemerasan di Pescara, Italia.
Pada bulan September, Sgarbi berutang kepada Klatten 7 juta euro (sekitar Rp 106 miliar) dan berjanji mengembalikannya. Dia butuh uang itu untuk membayar seorang mafia yang anak gadisnya terluka dalam kecelakaan mobil yang melibatkan Sgarbi di Florida, AS.
Sgarbi mengaku mafia itu meminta 10 juta euro dan dia hanya punya 3 juta euro. Jika dia tak segera membayar sisanya, maka nyawanya dihabisi oleh si mafia.
Klatten akhirnya mengucurkan utangan 7 juta euro di garasi Holiday Inn.
Setelah itu tingkah Sgarbi kian menggila. Dia merayu Klatten, ibu 3 anak, untuk meninggalkan suaminya dan hidup bersama dia. Dia merayu Klatten agar meletakkan dana investasi 290 juta euro (Rp 4,3 triliun) untuk biaya hidup mereka.
Untunglah Klatten akhirnya tersadar bahwa hubungannya dengan Sgarbi tidak benar sehingga pebisnis yang dikenal low profile dan bercitra serius ini menghakhiri hubungan.
Sgarbi tidak terima. Di sinilah dia mengancam Klatten. Dia akan mengeluarkan film hot mereka dan mengirimkan ke direksi BMW, suami Klatten dan media, bila Klatten tak memberinya 49 juta euro (Rp 742 miliar). Sgarbi kemudian menurunkan nilai ancaman menjadi 14 juta euro dan harus diserahkan maksimal 15 Januari 2009.
Dengan menahan malu, Klatten melaporkan upaya pemerasan ini pada polisi Jerman. Polisi pun mencokok Sgarbi di Austria. Kasus ini dikenal sebagai "gigolo vs miliuner" dan menjadi sorotan media Eropa.
Sgarbi diadili pada 9 Maret dan mengakui kejahatannya. Dia meminta maaf pada para wanita yang telah menjadi korbannya. Hanya saja, dia merahasiakan ke mana saja uang hasil kejahatan dia habiskan.
Sgarbi diganjar hukuman 6 tahun, lebih ringan dari tuntutan jaksa 9 tahun penjara. Dengan pengakuan Sgarbi di sidang pertama, maka Klatten terhindar dari rasa malu untuk hadir di sidang. Sebab jika Sgarbi tak mengaku salah, Klatten harus bersaksi di pengadilan melawan Sgarbi. Wanita korban Sgarbi lainnya juga harus didatangkan, suatu hal yang cukup sulit.
Meskipun Sgarbi dikenal mengibuli sejumlah wanita kaya, namun dalam hal ini dia disidang atas laporan Klatten. Hanya Klatten yang lapor polisi. Jaksa memuji keberanian Klatten. (nrl/rdf)