Antara Pujian dan Hujatan
Hujatan dan pujian batasnya bak setipis kulit ari.Di awal Orde Baru,presiden Soeharto mendapat puja-puji di sana-sini.Di akhir masa kepemimpinan sampai masuk ke liang lahat,orang tak henti-hentinya menghujat.Pun demikian halnya terjadi dalam dunia sepakbola.Sebuah kewajaran yang sebenarnya tak perlu kita herankan.
Ketika Singo Edan menjuarai Copa Indonesia di tahun 2006 dan 2007 semua orang memuja
(baca sampai tuntas?klik judul di atas) tiada habis-habisnya,tapi sedikit saja menurun perfomanya tak sedikit yang menghujat habis-habisan.Lalu hujatan akan berbalik arah menjadi sanjung puji kala Arema berhasil meraih poin penuh serta bermain dengan karakternya yang keras dan ngeyel.
Kita sudah mahfum bahwa Aremania terdiri dari berbagai kalangan umur,strata ekononomi,suku,tingkat pendidikan,dan sebagainya,dengan karakter yang berbeda-beda pula.Maka masing-masing suporter akan menilai suatu permasalahan dari sudut pandang masing-masing.Sesuatu yang wajar asalkan dari perbedaan tersebut menimbulkan sesuatu hal yang tidak diinginkan bersama,misal melakukan tindakan-tindakan yang anarkis apapun alasannya.Sebab hal itu akan merugikan semua yang terlibat dalam satu jiwa Arema dan Aremania.
Manajemen Arema seharusnya menydari bahwa Aremania datang dengan mengeluarkan biaya tiket,belum biaya transportasi pulang pergi plus uang jajan di stadion.Mereka berkorban sedemikian rupa karena ingin melihat tim pujaannya memenangkan pertandingan serta menyuguhkan tontonan yang menghibur dan menarik.Oleh karena itu,reaksi memuja atau menghujat akan selalu datang silih berganti.Seharusnya pihak manajemen dan para pemain memahami hal ini,bahwa harapan besar menggantung di pundak mereka.Harapan yang semestinya harus dengan sungguh-sungguh diperjuangkan sampai limit titik maksimal.(*bamz)
(dari blog sendiri)