Pemasukan tiket merupakan salah satu sumber pendapatan bagi Arema. Namun, pendapatan dari tiket pada musim ini tak bisa dimaksimalkan. Itu karena Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI) sudah memberikan batasan bahwa setiap tim tak boleh mencetak tiket 100 persen kapasitas.
Menurut Ketua Panpel (panitia penyelenggara pertandingan) Arema Muhammad Muklis, pelarangan mencetak tiket 100 persen kapasitas sudah dituangkan dalam Manual Liga Sepak Bola Indonesia (MLI). Setiap tim hanya diperbolehkan mencetak tiket 80 persen dari kapasitas. Dengan peraturan itu, panpel Arema tak bisa mencetak tiket sesuai dengan kapasitas maksimal Stadion Kanjuruhan. Home base Singo Edan tersebut sebenarnya mampu menampung 38 ribu penonton. Rinciannya, 3 ribu di sektor VIP dan 35 di tribun ekonomi.
Bila menilik harga jual tiket pada musim lalu, Arema akan mendapatkan pemasukan sekitar Rp 690 juta saat stadion dijubeli penonton. Pemasukan itu berasal dari tribun VIP sekitar Rp 120 juta dengan harga tiket perlembar Rp 40 ribu. Sedangkan dari ekonomi sekitar Rp 570 juta dengan harga tiket perlembar Rp 15 ribu.
Karena ada batasan dari BLI, jumlah tiket maksimal yang boleh dicetak panpel hanyalah 30.400 lembar dalam setiap pertandingannya. Dengan kata lain, ada pengurangan jumlah tiket yang cukup signifikan dari kapasitas maksimal. Pengurangannya mencapai sekitar 7.600 lembar.
Bila 20 persen tiket yang dikurangi tersebut dikalikan harga tiket ekonomi, maka Arema akan kehilangan sekitar Rp 114 juta. Asumsi harga menggunakan harga lama karena hingga sampai saat ini manajemen Singo Edan masih belum menentukan harga tiket untuk kompetisi Superliga mendatang. Rencananya, harga tiket akan diumumkan pada Rabu besok (9/7) bertepatan dengan launching tim di Taman Rekreasi Sengkaling.
Muklis mengatakan, batasan itu bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi penonton. "Karena itu peraturan dari BLI, tentu kami harus mentaatinya," ujar Muklis.
Hanya saja, panpel masih mempunyai kendala dalam membatasi jumlah penonton yang masuk ke stadion. Berdasarkan penyelenggaraan pada musim-musim sebelumnya, banyak penonton yang membawa anak-anaknya yang di bawah lima tahun. "Masak anak yang digendong orang tuanya disuruh membeli tiket," tambahnya.
Akibat banyaknya orang tua yang membawa anak-anaknya, jumlah penonton di stadion tetap akan membeludak. Sebab, fakta di lapangan menyebutkan bahwa anak-anak ketika menyaksikan Arema berlaga juga memanfaatkan tempat duduk yang ada di tribun.(JP)
Onok2 ae BLI iki, sakjane masalah tiket iku lak hak preogatif e panpel, lapo koq BLI turut campur