Kontroversi tentang perilaku wasit Liga Indonesia belum berhenti. Setelah Asisten Manajer PSM Makassar Yopie Lumoindong menyebut adanya wasit yang bisa disuap, kini beberapa klub mengungkap adanya trik lain wasit untuk merugikan tim.
Salah satunya Persijap Jepara. Tim berjuluk Laskar Kalinyamat ini mengungkap, wasit kerap memberikan tekanan dengan keputusannya seperti penalti,kartu kuning, atau offside. Sederet keputusan itu bertujuan agar pemain terprovokasi sehingga konsentrasinya hilang.
”Wasit berlaku adil atau tidak tergantung opini personal. Tapi,klub bisa merasakan setiap keputusan wasit tersebut. Emosi pemain selalu dinaikkan. Handsball lawan tidak disahkan, tapi kami yang tidak melakukannya justru diberi hukuman sehingga penalti. Mereka juga menjebak kami dengan keputusan offside atau pemberian kartu.
Hampir semua klub pernah mendapat tekanan dari wasit.Suap wasit ada.Toh ada pembeli kalau tidak ada penjual,”papar Manajer Persijap Edi Sudjatmiko kepada SINDO kemarin. Secara khusus Edi juga menyorot gampangnya wasit memberikan kartu, entah itu kuning atau merah.
Menurut Edi, pemberian kartu sangat membebani anggaran klub karena mereka harus membayar denda. Sebab, komisi disiplin memberi harga satu kartu kuning senilai Rp3 juta dan Rp5 juta untuk kartu merah. ”Klub yang selalu terkena imbasnya.
Lama-lama klub bangkrut lantaran membayar denda kartu, apalagi sumber pendanaan bermasalah. Kami selalu mengingatkan pemain dan mereka sudah berhati- hati.Tapi,tetap saja klub diperlakukan seperti itu. Emosi pemain memang sasaran empuk wasit untuk memuluskan tujuannya,”lanjutnya.
Laskar Kalinyamat berharap wasit bisa bersikap fair dan tidak terjebak situasi serta kepentingan tertentu.Wasit dituntut harus berani menilai diri sendiri dengan hati nurani.”Wasit kerap bermain watak dalam meneror klub. Mbokhal seperti itu ditinggalkan.
Peningkatan kualitas menjadi solusi mengurangi masalah-masalah itu. Wasit harus memiliki rekaman pertandingan dan menganalisis keputusannya itu.BLI juga jangan percaya penuh pada laporan PP (pengawas pertandingan). PP kadang tidak bersikap objektif,”ujarnya. Argumen Persijap dikuatkan Persija Jakarta.
Klub berjuluk Macan Kemayoran ini menyatakan wasit kerap memberikan tekanan selama pertandingan.”Banyak wasit yang memberikan tekanan kepada klub. Emosi pemain terkuras lantaran situasi pertandingan seperti itu.Tawaran memakai jasa wasit juga kerap mereka lakukan.
Tapi, kami selalu menolak lantaran tidak ada kebanggaan.BLI sebenarnya sudah tahu,” tutur Pelatih Persija Danurwindo. Sementara itu, Ketua BWSI Bernhard Limbong mengakui komunikasi wasit di lapangan belum berjalan optimal. Imbasnya,beberapa keputusan menjadi rancu.
”Kami sedang mengupayakan sinergi antara wasit utama dan AW (asisten wasit) I atau II.AW kerap mengangkat bendera meski bola sudah masuk kotak penalti. Sikap itu tidak dibenarkan. Sebab,kotak penalti menjadi kewenangan penuh wasit.
Makanya reaksi keras kerap diberikan ofisial, pemain, atau suporter saat AW mengangkat bendera, tapi wasit diam.Tapi, kalau masalah lain tidak sampai seperti itu,”tandasnya. (Sindo)