Hindari Anarkis, Wartawan Diminta Netral

Meski tidak dilarang mendukung sebuah tim, namun seorang jurnalis harus bersikap netral dan menjauhi sikap anarkis.
Terkait insiden pelamperan wasit Sunarjo Joko usai memimpin babak pertama PSIS Semarang versus PSMS Medan di Stadion Jatidiri, Semarang, Kamis (9/10), yang diduga dilakukan oknum wartawan, membuat prihatin banyak pihak.

Tak terkecuali anggota komisi disiplin (Komdis) PSSI Mahfudin Nigara, yang juga wartawan senior. Menurutnya, apa yang dilakukan oknum wartawan tersebut cukup memprihatinkan dan tidak bisa mendapat pembenaran.

Sebab selain karena wartawan merupakan aparat pertandingan, fungsi dan tugas seorang jurnalis mengharuskan mereka tetap netral dalam melakukan tugas liputan. Meski diakuinya, seorang wartawan tidak bisa lepas dari rasa nasionalisme yang tinggi terhadap klub yang diidolakannya.

"Sebagai manusia biasa, seorang wartawan memang boleh memberikan dukungan kepada tim kesayangannya. Namun semestinya tidak harus berlebihan, apalagi sampai bertindak anarkis," sungut Nigara kepada GOAL.com, ketika dihubungi melalui telepon selulernya Jumat (10/10) siang.

Jika sampai itu terjadi lanjutnya, dipastikan yang bersangkutan akan berhadapan dengan Komdis. Hal itu imbuhnya, karena tidak ada satu orang pun di dalam maupun di luar lapangan sepakbola yang kebal hukum.

"Sekiranya ada warga masyarakat yang memiliki informasi terkait insiden pelemparan yang dilakukan oknum wartawan itu, silahkan sampaikan kepada Komdis. Saya jamin hal itu akan ditindak lanjuti," tandasnya.

Seperti diketahui, insiden pelemparan itu terjadi karena tersulut provokasi manajer PSIS Semarang Yoyok Sukawi yang berusaha menyerang wasit asal Jember tersebut, begitu usai memimpin babak pertama.

Di mana salah seorang oknum yang diduga wartawan dari sebuah harian lokal Semarang, melemparkan bak sampah beserta isinya ke arah wasit Sunarjo, saat dikawal ketat aparat keamanan menuju ruang ganti.

Menurut sumber yang berhasil dihimpun, oknum wartawan tersebut sempat ditangkap aparat keamanan usai melakukan pelemparan, namun kemudian dilepas setelah Walikota Semarang Sukawi Sutarip turun tangan dan membebaskannya. (Goal)

ya kalo gitu gak profesional blas

Dari tulisan ayas di www.arekarekcommunity.co.cc :

Terkait media baik cetak maupun elektronik,kami kemarin menonton berita di Liputan 6 SCTV yang mengabarkan bahwa suporter PSIM Yogyakarta membakar spanduk dan atribut sendiri setelah timnya mengalami kekalahan.Karena kredibilitas yang dibuktikan dengan diraihnya beberapa penghargaan oleh acara ini dalam bebrapa tahun terakhir,kami langsung percaya begitu saja terhadap apa yang diasmpaikan tersebut.

Eh,malam harinya banyak komentar bernada protes kepada SCTV di beberapa situs suporter yang menyatakan bahwa suporter PSIM alias Brajamusti itu hanya membakar sampah dan koran di tribun sebelum mereka keluar stadion.Melihat banyak komentar itu,kami menghubungi seorang teman yang kebetulan menyaksikan pertandingan itu langsung di Jogja.Dan ternyata benar bahwa tidak ada yang membakar-bakar spanduk ataupun atribut lain,hanya bakar-bakar kertas,kata teman jkami tersebut.

Di media sekelas SCTV pun ternyata netralitas masih belum bisa betul-betul dijaga.Tapi itu bukan suatu pembenaran bahwa semua hanya salah interpretasi dari sang reporter atau memang mereka yang kurang jeli.Wong jelas-jelas gambar diambil dari jarak dekat.

Kata om kami yang kebetulan jadi wartawan di Jakarta,ada satu penyakit media yaitu memberi kesan dramatis pada isi atau konten berita,meski sebetulnya peristiwa biasa-biasa saja.Tetapi sayang,jika dramatisasi itu sampai menghilangkan obyektifitas atau membelokkan fakta.

Harapan kita,media massa bisa lebih obyektif lagi.Karena bagaimanapun mereka berperan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dunia persepakbolaan negeri ini.

utk wartawan : kok di percoyo sih, maklum golek duwek utk GOSIP

utk suporter : gawe opo seh mbakar atribut e dewe.....? trus lapo kok dibakar lek tim e kalah....cz permainan itu pasti ada KALAH dan MENANG

Kesimpulannya,media massa juga berpolitik kalau diperlukan,biar korane payu..

OJOK ADOH ADOH......
Dek Sidoarjo ae pas musuh Persik Winginane....
Pager stadion Jarene sing ngerusak aremania..
padahal asline Pagere yo wess rusak....
mosok Tak cekel ae wess iwil-iwil....

Oyi,sam.
Setuju,masalah berita Jawa Pos itu juga banyak yg menyayangkan..

utujes sam, ancen berita ng koran kadang diuter-uterno karepe dewe.. repot ancen... jenenge golek kewud