Kanjuruhan, Dekadensi, Revolusi Basi

Edan. Hanya satu kata itu yang bisa mengungkapkan apa yang terjadi di stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (13/9/2008) lalu. Manajer pukul wasit. Aremania mengamuk. Wartawan diancam. Ofisial Pupuk Kaltim terpaksa dievakuasi. Peristiwanya di bulan Ramadan, saat orang harus menahan diri. Komplit.

Ini kerusuhan kedua yang dilakukan suporter Arema tahun ini. Sebelumnya kerusuhan dengan skala lebih luas terjadi di stadion Brawijaya, Kediri. Namun kerusuhan di Kanjuruhan terasa lebih lengkap, karena ofisial Arema yang seharusnya memberikan teladan juga ikut andil menciptakan kerusuhan.

Saya sangat menyesalkan ancaman yang dilontarkan manajer Arema terhadap wartawan Jawa Pos, yang hendak meminta konfirmasi kejadian malam itu. Apa yang dilakukan manajer Arema sangat tidak layak. Apalagi jika mengingat peristiwa Kediri, pemberitaan di rubrik olahraga Jawa Pos cenderung 'bersahabat' dengan Arema dan Aremania, dengan menghindari semaksimal mungkin penggunaan kata Aremania sebagai pelaku kerusuhan. Jawa Pos lebih suka melekatkan kata 'oknum' pada laku rusuh yang dilakukan para suporter Malang.

Sebagaimana kerusuhan di Kediri, wasit lagi-lagi menjadi kambing hitam. Beda di Eropa dengan Indonesia memang. Di Eropa, manajer sejumlah tim besar juga sering bersikap 'cari kambing hitam' dengan menyalahkan wasit. Namun, tidak ada wasit di Eropa, setidaknya dalam event resmi, yang kena bogem atau harus dievakuasi seperti layaknya di Indonesia.

Peristiwa Kanjuruhan menandai apa yang disebut sebagai memuncaknya dekadensi sepakbola Indonesia. Sepakbola Indonesia sudah harus segera dibenahi di semua sektor, mulai dari organisasi PSSI, klub, hingga suporter. Banyaknya klub yang mengalami kesulitan keuangan menandakan bahwa sebenarnya Indonesia belum siap benar menggelar liga dalam arti profesional sesungguhnya. Belum lagi jika bicara sumber daya perangkat pertandingan dan suporter.

Saat ini kampanye jargon revolusi sudah didengungkan oleh Aremania dan sejumlah kelompok suporter. Sasarannya: PSSI sebagai otoritas sepakbola tertinggi di Indonesia. Sebagai sebuah inovasi, ini sekilas menarik perhatian.

Namun jargon revolusi yang didengungkan Aremania itu terasa sangat basi, setelah peristiwa Brawijaya dan Kanjuruhan terjadi. Pertama, mengamuk gara-gara tim kalah dengan dalih wasit sungguh sebuah laku di luar sportivitas. Mengapa harus repot-repot merevolusi PSSI, jika merevolusi diri sendiri saja belum mampu?

Jika 'wasit sang kambing hitam' selalu digunakan sebagai permakluman atas ngamuknya suporter, hendak dikemanakan sepakbola kita. Lagipula, kalau dilihat dari perspektif tim yang lain, Arema juga bisa dinilai 'menikmati keberpihakan' wasit saat bertanding di Malang. Tentu kita masih ingat bagaimana gol Persiba Balikpapan dianulir oleh wasit saat pertandingan Liga Super melawan Arema beberapa waktu lalu.

Kedua, jargon 'Revolusi PSSI' yang didengungkan terasa tendensius, karena justru dimunculkan setelah kerusuhan diledakkan oleh Aremania di Kediri. Kesannya, gerakan revolusi dikampanyekan untuk merasionalisasi dalih wasit sebagai kambing hitam, dan langkah reaksioner atas sanksi yang diberikan terhadap Aremania.

Mengapa kampanye revolusi tidak didengungkan saat Arema menjadi juara Copa Indonesia dan Aremania dinobatkan sebagai suporter terbaik? Terakhir, Aremania dinobatkan sebagai suporter terbaik untuk kedua kalinya justru di masa rezim PSSI Nurdin Halid yang saat ini dihujat.

Saya pribadi setuju perlu adanya revolusi sepakbola Indonesia. Namun revolusi ini harus berawal dari diri sendiri, dan disebut sebagai Revolusi Pemahaman Sportivitas. Revolusi di sini berarti revolusi perilaku.

Revolusi ini bukan hanya menyangkut PSSI, tapi juga klub, perangkat pertandingan, dan suporter. Selama pemahaman sportivitas kita belum direvolusi, rasanya sia-sia jika mendengungkan revolusi struktural, yakni mendongkel PSSI saat ini.

Bukankah sejarah sepakbola Indonesia telah tergurat jelas: dari masa ke masa, kendati ketua dan pengurus PSSI berganti, rusuh dengan dalih wasit selalu terjadi. Artinya, selama paradigma sportivitas belum tertanam, sia-sialah semua.

Catatan: Senin malam (15/9/2008), di Makassar, kerusuhan juga terjadi. Pendukung tuan rumah PSM mengamuk setelah timnya kalah 1 - 3 dari Persela Lamongan.

Jadi, berani merevolusi diri sendiri?[BeritaJatim]

Wartawan Jawapos iyu mek pengamat tok, deweke iso ngritik soale oleh teko ngamatiiku maeng,lagian kan dia gak pernah merasakan jadi Suporter,jadi yo ngunu kuwi komentare..........wajara\lah namanya juga nyari oplah (pelajaran yang tak peroleh teko diklat Jurnalistik "lebihkan sebuah berita itu agar terkesan bombastis, asal jangan nyeleweng dari berita asal, dan ingat terus 5w 1h"

yo wis ... sabar-sabar.... wajar orang lain berkomentar (dianggap aja ngilingno awakdewe).
asline tulisan iku muncul karena efek kejadian, dan sayangnya terpublikasi dengan pemahaman satu pihak (penulis) dan sayangnya lagi dikaitkan dengan AREMANIA sebagai pioner "revolusi PSSI".
memang mudah "menghakimi" sesuatu daripada memberikan solusi.
kami sadari penonton pertandingan AREMA vs PKT (saya menyebutnya demikian) berlaku kurang sportif (sedangkan saya sendiri bingung definisi sportif itu seperti apa).
bila memang karena tulisan diatas AREMANIA diper"salah"kan dan dikait2kan memang begitulah AREMANIA (selalu menjadi booming news diberbagai media karena ketenaranya).
biarlah orang lain berkomentar, biarlah wartawan menulis (walaupun terasa sangat menyakitkan dan memompa kemarahan dan sakit hati).
sangat disayangkan bola salju REVOLUSI PSSI yang ter"pioner" i oleh AREMANIA dijadikan alasan penulis "menghukum" AREMANIA.
apakah penulis tidak terpikirkan (melihat dari sisi lain) dari efek tulisanya itu (mengancam terealisasinya "REVOLUSI PSSI". atau jangan2 tulisan ini termasuk "skenario" besar PSSI untuk menghukum pioner "revolusi PSSI" yang bisa diartikan membodohi publik dengan menyebut pioner revolusi PSSI (AREMANIA) adalah pihak yang tidak patut diikuti (dalam kaitanya meREVOLUSI PSSI)????
jika prediksi dan analisa dari runtutan kejadian yang terjadi adalah skenario besar "pembodohan publik" atau "pengalih perhatian publik" dan berujung pada "penghakiman" publik terhadap pioner "revolusi PSSI" yaitu AREMANIA, sungguh sangat disayangkan "pemahaman publik" terhadap tulisan dari penulis diatas.
mudah2ah efek bola salju "revolusi PSSI" yang telah digulirkan tidak terpecah karena tulisan2 yang tidak bertanggung jawab dan mencoba meretakkan "bola salju tersebut".
bagaimanapun juga AREMANIA tidak akan MATI oleh serangan pihak2 (antek2 PSSI >>> siapapun itu juga).
yang jadi catatan : apakah tidak mungkin rentetan2 kasus atau kejadian2 ini merupakan "skenario besar" PSSI dalam mencoba mengalihkan perhatian publik atau bahkan mengarahkan publik dan menghapus wacana revolusi PSSI??? >>>> yaitu dengan mematikan motor penggerak (AREMANIA)???
sungguh misteri yang sangat luar biasa?????????

iki sing tak gawe benang merah dari tulisan iku ...

"jargon 'Revolusi PSSI' yang didengungkan terasa tendensius, karena justru dimunculkan setelah kerusuhan diledakkan oleh Aremania di Kediri. Kesannya, gerakan revolusi dikampanyekan untuk merasionalisasi dalih wasit sebagai kambing hitam, dan langkah reaksioner atas sanksi yang diberikan terhadap Aremania.

Mengapa kampanye revolusi tidak didengungkan saat Arema menjadi juara Copa Indonesia dan Aremania dinobatkan sebagai suporter terbaik? Terakhir, Aremania dinobatkan sebagai suporter terbaik untuk kedua kalinya justru di masa rezim PSSI Nurdin Halid yang saat ini dihujat."

nah yokpo pendapat umak?

onok betul e enggak?

Waduh abote pertannyaane
mikir sik

rey AremaniA Pandaan wrote:

Waduh abote pertannyaane
mikir sik

ojok kakean mikir boss....

lek kakean mikir koyok ngisor iki, oyi....

1. :ndrusel:
2.
3.
4. di

nggk....

Mungkin ngene Pang, tergantung pepatah Anda Jual kami beli, Lha ketika itu PSSI gak menjual blas hare, mosok kate dituku,,,,

Laopo Ambeg Mikir Barang. Ngeneh Lo Jawabane
Saiki Seng Nggawe Wacana Sopo Tulisan Sak mono Dawane ?
1. Lek seng Nggawe Onggot Halebes...Jelas AREMANIA GAK ONOK APIKe Blas
2. Lek Seng Nggawe Wong Seng NETRAL,Pasti Berpikiran Waras."AREMANIA Gak Bakal RUSUH Bila GAK ADA SEBAB "
3. Laopo Di Pikir.......RUDIT ae opo'o

betul sam...rudit ae enak....

Semua Akibat pasti ada Penyebabnya......

Tergantung dari sisi mana orang menilainya....
disini AREMANIA ada KAWAN tapi juga ada LAWAN....

lek dipikir ngono betul kabeh ... tapi sing dadi pemikiran, KENAPA KOQ PAS AREMANIA DIJATUHI SANKSI, KENAPA KOQ BUKAN PAS AREMANIA MENDAPATKAN GELAR TERBAIK?

menurutku seh yo wajar ae..
mana ada musuh kita yang senang kalo musunya mendapat kebahagiaan...

saiki kabeh tolong jawaben ....

KENAPA KOQ PAS AREMANIA DIJATUHI SANKSI, KENAPA KOQ BUKAN PAS AREMANIA MENDAPATKAN GELAR TERBAIK? BOLA REVOLUSI ITU BARU DIGELINDINGKAN?

Joe Mc Inn wrote:

saiki kabeh tolong jawaben ....

KENAPA KOQ PAS AREMANIA DIJATUHI SANKSI, KENAPA KOQ BUKAN PAS AREMANIA MENDAPATKAN GELAR TERBAIK? BOLA REVOLUSI ITU BARU DIGELINDINGKAN?

Gini Bosss....

Ketika Itu MEreKa MAsih Tidak Menyangka Arema DAn Aremania Menjadi yang terbaik

ketika liGa bergulir kembali Baru mereka MemuLAi Skenarionya BusuKnya.........

Skrang saya Balik Tanya :
1. ISl Siapa Yang Mendanai...????
2. Nurdin Halid dapat Sponsor dari sapa...????
3. LAh Bentoel saingan Bisnisnya sapa...??
4. lha trus akhirnya yang nyuruh Nurdin Cs jadi sutradara sapa...???
5. yag ga suka Bentoel dianugerahi "E-Company Award, penghargaan perusahaan terbaik kategori Consumer Goods" sapa...????

DJARUm LAh JAWABNYA

RENEB GA BRO
INI ungkapan Menurut Kaca mata minus saya .....

tapi kan liga sudah berjalan, dan AREMA sudah dipegang Bentoel, trus kenapa koq gak awal2 liga menggulirkan revolusi itu?

Joe Mc Inn wrote:

tapi kan liga sudah berjalan, dan AREMA sudah dipegang Bentoel, trus kenapa koq gak awal2 liga menggulirkan revolusi itu?

Laopo Di Takokno Bolak Balik NDENG.........
1. Betul Nang Ndukurku.......Saking TERLALUnya PSSI / BLI MENGGODA AREMA / AREMANIA sampai Keluarlah Jurus " REVOLUSI " (Calli ae di Gudo Yo Iso Ngamuk opo Maneh AREMANIA Hebak)
2. Terutama yg ini HANYA AREMANIA YG SADAR DULUAN Bahwa Ketua Umum PSSI Sudah Terjerat KORUPSI, NAPI & MEmberi Contoh yg GAK BAIK = CUEK Terhadap Keputusan FIFA ( Hal ini Yg SANGAT DI KWATIRKAN AREMANIA sbb PERSEPAK BOLAAN INDONESIA Bisa DI BLACK LIST).......Apa GAK HANCUR Sepak Bola Dalam Negri.....Buat Apa Kompetisi di Indonesia ?
3. Sebenernya Sebelum Awal Liga Super Indonesia ini AREMANIA & Supporter Lain Sudah PErnah DEMO ke Atrakaj.
4. Apalagi Sampai Hari ini AREMA & AREMANIA TIADA HENTI DI KERJAI PSSI / BLI......opo Koen Yo NJEGIDEG ae
5. Sek Akeh ..........Sek Tak Iling2 e Ambeg Ngising

Joe Mc Inn wrote:

lek dipikir ngono betul kabeh ... tapi sing dadi pemikiran, KENAPA KOQ PAS AREMANIA DIJATUHI SANKSI, KENAPA KOQ BUKAN PAS AREMANIA MENDAPATKAN GELAR TERBAIK?

Mungkin Saja Ketua Umum & Pengurus PSSI/ BLI Berpikiran AREMA dng BENTOELnya (yg Jadi Saingan Sponsor DJARUM) Gak Bakal Bisa Berprestasi Lagi Ternyata & Ternyata AREMA & AREMANIA Selalu TIDAK PERNAH ADA BERPOSISI DI URUTAN TER BELAKANG DALAM SEGALA HAL. DiSamping itu AREMA Paling WENAK Lek Di Sanksi dng DUIT (sbb Sugih) Juga TIDAK ADANYA PENGURUS PERWAKILAN DARI AREMA....... kate Mangan Opo Pengurus PSSI/BLI lek Gak Golek DUIT, Mosok Kate Mangan BAL & Rebusan Tali Gawang ?

Masak Baru Ngasih GELAR Terus Gak Lama DiSanksi...........Ya Jelas Kelihatan BODOHnya Semua PENGURUS !!!!
(tp Kelihatan NYESEL Kayaknya Ngasih GELAR ke AREMANIA)


__________________________________________________________
Astougfirulloh aku Dadi Zuudhon Gara2 Seng Takok AREK GENDENG

Oyi manut tok cak Nisak..!!! Lha menurut umak yaopo Pank?

idem ... soale aku sek kesel mari helom idrek durung iso mikir, engkok bengi ae tak mikir maneh ...

Joe Mc Inn wrote:

saiki kabeh tolong jawaben ....

KENAPA KOQ PAS AREMANIA DIJATUHI SANKSI, KENAPA KOQ BUKAN PAS AREMANIA MENDAPATKAN GELAR TERBAIK? BOLA REVOLUSI ITU BARU DIGELINDINGKAN?

memang gelar supporter terbaik adalah beban....
pas itu PSSI masih dipegang oleh Agum Gumelar, yo masio ga pati apik tapi lebih lumayan daripada pas dicekel nurdin silid.
saat itu memang revolusi PSSI belum terwacana, dikarenakan semua berjalan biasa2 saja.... ga apik... yo ga elek.... sing terjadi saat itu menjadi tonggak lahirnya suporter2 kreatif dengan AREMANIA sebagai pioner. Bisa dibayangkan saat itu AREMANIA tidak membuat sejarah, gimana wajah sepak bola Indonesia saat ini.Saat itu fenomena positif muncul bukan karena PSSI, tapi karena AREMANIA.

lah lek saat ini bola revolusi baru digelindingkan.....
karena saat ini menjadi titik didih "insan sepakbola" dengan banyaknya ketidak beresan dari semua segi d tubuh PSSI.
1.ketua umum NAPI
2.carut marutnya jadwal pertandingan
3.tidak adanya unsur "pendidikan" yang berkualitas pada sangsi bagi "pelanggar"... yang ada duit...duit...dan duit....
4.ISL disponsori oleh djarum yang notabene memiliki "kekuasaan" terhadap kompetisi (tahun 2000 disponsori bank mandiri).... sehingga selalu menzolimi AREMA (bentoel).
5.dll ..... (tamikir maneh)