Beberapa insiden kekerasan yang melibatkan wasit membuat beberapa pihak mulai berpikir perlunya membuat daftar hitam wasit.
Daftar tersebut kemudian dipublikasikan demi kepentingan bersama. Pelatih Persija Jakarta Danurwindo menilai, mengumumkan daftar wasit bermasalah bisa menjadi tindakan ideal guna menekan human error.
Namun,Danur–sapaannya– tidak menutup mata bila tindakan itu menyalahi kode etik FIFA dan AFC tentang sanksi terhadap wasit. ’’Keputusan itu bagus agar masyarakat tahu meski terbentur dengan aturan yang berlaku.
Namun, sikap tegas harus ditegakan. Sikap negatif wasit tidak bisa didiamkan.Toh, itu bagian terapi,”papar Danur kepada SINDO kemarin. Sikap Persija mendapat penguatan Arema Malang.Klub berjuluk Singo Edan itu berargumen bahwa vonis nonjob atau pembinaan lainnya belum bisa mengubah paradigma wasit.
’’Sebaiknya wasit bermasalah dipublikasikan saja. Terapi lebih tetap dibutuhkan.Sanksi moral lebih harus diberlakukan terhadap mereka.Aturan FIFA atau AFC tetap bisa diperlunak.Mereka juga maklum kalau faktanya sudah jelas seperti ini.
Mayoritas wasit bermasalah,hanya beberapa wasit yang bagus.Klub itu tidak alergi dengan kekalahan asalkan tidak diskenario wasit,”ungkap Pelatih Arema Gusnul Yakin. Bila Persija dan Arema menyetujui rencana publikasi wasit bermasalah,pandangan berbeda diberikan Persitara Jakarta Utara.
Klub berjuluk Laskar Si Pitung itu menyatakan rencana publikasi daftar hitam wasit harus ditinjau kembali.’’Asalkan kode etiknya jelas,ya silakan saja.Kami lebih mendasarkan pada aturan yang berlaku.
Sanksi moral seperti dikembalikannya wasit ke BWSI oleh BLI sudah cukup. Itu sudah luar biasa.Artinya, yang bersangkutan kesalahannya fatal,” tandas Ketua Harian Persitara Hari Ruswanto. (Sindo)