Dunia politik ternyata tidak hanya menggelitik selebriti,tapi juga manajer sepak bola.Salah satunya Manajer Persik Kediri Iwan Budianto.
MENYEBUT nama Iwan Budianto, langsung mengingatkan kita pada dua tim fenomenal di masanya,Arema Malang dan Persik. Di Arema, Iwan belajar “politik” sepak bola kepada Lucky Acub Zaenal, Edy Rumpoko, dan Ovan Tobing. “Dari mereka, saya menjadi penggila sepak bola,” katanya. Tapi, Iwan kemudian memutuskan pindah kapal.
Kali ini yang dipilih Persik, tim yang ketika itu masih berlaga di Divisi II.Di tim inilah nama Iwan berkibar. Namanya mendadak begitu dikenal sebagai manajer sepak bola paling sukses di Indonesia. Bayangkan, hanya dalam waktu tiga musim, Iwan tidak saja membawa Persik ke pentas Divisi Utama, tapi juga rutin memberikan gelar juara.
Kampanye sukses Persik dimulai saat mereka menjadi juara Divisi I, sekaligus promosi ke Divisi Utama.Di pentas tertinggi sepak bola Indonesia saat itu,Persik langsung menjelma menjadi raksasa dan selalu masuk dalam kandidat bursa juara dalam setiap pergelaran kompetisi.
Mereka sukses mengantongi dua gelar juara Liga Indonesia, mengalahkan tim tradisional seperti Persija Jakarta, PSM Makassar,dan Arema yang telah membesarkan namanya. Sukses inilah yang membuat nama Iwan begitu populer di Kediri,menyaingi mertuanya, H Maschut,Wali Kota Kediri sekarang.
“Kalau sekarang Persik jadi klub besar,itu bukan datang tiba-tiba. Semua lewat proses dan perjuangan keras. Soal dana Persik yang sangat besar, itu relatif. Karena, semua tergantung target dan materi pemain yangharuskamimiliki.Semua berdasarkan kebutuhan dan kalkulasi cermat,”ujar Iwan.
Kini setelah sukses bersama Persik,Iwan disebut mulai melirik dunia politik. Salah satunya menggantikan posisi mertuanya,Maschut,sebagai orang nomor satu di Kediri. Iwan sepertinya belum kapok meski sempat kalah di Pilkada Bupati Kediri beberapa waktu lalu.
“Aura baru pilkada barangkali menghinggapi saya setelah dikontrak kembali sebagai manajer Persik. Apalagi, semua calon mendeklarasikan saya sebagai calon wakilnya. Sejak itulah undangan warga, kelompok masyarakat, maupun organisasi sosial politik deras mengalir.
Mereka meminta saya maju sebagai calon Wali Kota Kediri,”paparnya. Meski belum mengatakan ya atau tidak, secara implisit Iwan memberi kesan positif atas pencalonannya itu.“Proses pilkada ini sebagai kompetisi menjadi pelayan masyarakat.
Bagi saya, memimpin 25 anggota tim Persik jauh lebih sulit dibandingkan memimpin 200.000 masyarakat Kediri,”pungkasnya. (superliga-indonesia)