Mudjiono Menolak Dijadikan Manajer

Beralasan Sudah Tua, Minta Yang Muda

MALANG - Pengurus baru Yayasan Arema langsung bergerak cepat untuk melengkapi kelengkapan administrasi. Khususnya perburuan terhadap manajer, pelatih, dan pemain Arema. Mereka dikejar waktu karena BLI (Badan Liga Sepak Bola Indonesia) memberikan deadline akhir Agustus bahwa administrasi Arema harus komplet.

Ketua Yayasan Arema Muhammad Nur mengatakan, yayasan saat ini masih mencari pandangan terhadap pihak-pihak yang dinilai bisa diajak bergabung untuk menjadi pengelola Arema. Sebab, untuk menghidupi sebuah tim besar sekelas Arema, butuh dukungan finansial dari banyak pihak. "Pihak yang kami cari ini tentunya para investor yang bersedia menjadi sponsor Arema sehingga bisa mem-back up Bentoel sebagai sponsor utama," ujarnya kemarin.

Pihak-pihak yang bersedia menjadi pemberi sponsor nantinya akan diminta untuk bisa duduk di jajaran komisaris dan direksi PT Arema Indonesia atau jajaran manajemen Arema. Di manajemen, bisa saja investor ditempatkan sebagai manajer tim.

Bagaimana dengan wacana Dewanti Rumpoko atau Mudjiono Mudjito sebagai manajer? Nur mengaku bahwa persoalan siapa yang menjadi manajer Arema atau duduk di jajaran komisaris dan direksi sampai kemarin belum dibahas di tingkatan Yayasan Arema. Kelengkapan administrasi dan personal yang menyangkut masalah manajer Arema akan ditentukan hingga pertengahan Agustus. "Namun, kami akan berusaha minggu ini jajaran manajemen Arema sudah terbentuk," ucap mantan sekkota Malang ini.

Mudjiono Mudjito ketika dikonfirmasi terkait wacana ditunjuk sebagai manajer menyatakan penolakannya. Mudjiono mengakui bahwa dirinya tidak layak menjadi manajer mengingat umurnya sudah tua, yakni 58 tahun. Padahal, tugas manajer sangat berat dan membutuhkan tenaga ekstrakeras. "Saya tidak mau kalau ditunjuk sebagai manajer. Cukup pengurus yayasan," ungkap Mudjiono saat ditemui di rumahnya, Jalan Besar Ijen I. Di Yayasan Arema, pengusaha real estate ini menjabat sebagai sekretaris.

Mudjiono mengusulkan manajer Arema orang yang usianya muda, memiliki dedikasi tinggi terhadap Arema, dan memiliki pengetahuan tentang sepak bola Indonesia. Di samping itu, manajer memiliki waktu lebih banyak dalam menangani tim. Dengan demikian, tugasnya bisa maksimal.

Untuk itu, Mudjiono lebih condong kepada Eddy Rumpoko atau Rendra Kresna yang dinilai lebih muda dan energik. Keduanya dianggap lebih pantas menjadi manajer daripada dirinya yang sudah tua. "Tapi itu nanti tergantung kepada beliaunya (Eddy Rumpoko dan Rendra Kresna). Aktivitas mereka juga sibuk dengan tugasnya sebagai wali kota Batu dan wakil bupati Malang," tutur bapak tiga anak ini.

Mudjiono menambahkan, tidak tertutup kemungkinan Yayasan Arema akan meminta sosok di manajemen lama -di bawah naungan PT Bentoel- untuk kembali duduk di jajaran manajemen. Mengingat, usia mereka relatif muda dan memiliki pengalaman dalam mengelola sebuah klub profesional yang bermain di super league. "Kami akan minta kepada mereka agar bisa membantu yayasan dalam mengelola Arema. Mereka kan sudah berpengalaman," ungkap mantan manajer Persema ini.

Selain memikirkan pembentukan jajaran manajemen di PT Arema Indonesia dan manajeman Arema, yayasan secepatnya akan meminta petunjuk kepada pengurus lama Arema. Ini diperlukan agar pengurus yayasan baru bisa menilai tingkat kesiapan yang sudah dilakukan pengurus lama. Sehingga yayasan tinggal melakukan pembenahan dan melengkapi kekurangannya. "Secepatnya kami akan kumpul dengan pengurus lama Arema agar kami bisa mengetahui kesiapan Arema mengarungi super league," kata Mudjiono.

Disinggung motivasinya menjadi pengelola Arema, Mudjiono menegaskan awalnya tidak ada niat untuk menjadi pengelola Arema. Namun, dia diminta Satrija Budi Wibawa (sekretaris Yayasan Arema di bawah PT Bentoel) dan Joko Driyono (direktur kompetisi BLI) untuk menjadi pengurus yayasan. Sampai menjelang penandatanganan pengalihan Arema dari Bentoel, Mudjiono belum bersedia menjadi pengurus yayasan. Namun, dia akhirnya membubuhkan tanda tangan di Hotel Santika, Senin (3/8).

Mudjiono menerima menjadi pengurus yayasan tidak terlepas dari pengalamannya ketika menangani Persema 1998 lalu. Intinya, menyiapkan tim tidak mudah dan membutuhkan waktu lama. Kesadaran itu muncul ketika melihat nasib Arema yang terkatung-katung karena belum ada pengelola baru. "Jujur saya menerima jadi pengelola Arema tidak ada kepentingan pribadi. Tapi niat saya untuk menyelamatkan Arema agar bisa eksis di super league," ujarnya.

Bendahara Yayasan Arema Rendra Kresna sependapat dengan Mudjiono bahwa manajer harus dipegang seseorang yang masih muda, energik, memiliki dedikasi tinggi, dan mengerti sepak bola di Indonesia. Kriteria itu diperlukan agar manajer Arema dapat bekerja maksimal sehingga bisa memberikan prestasi tertinggi bagi Arema.

Terkait nama manajer, Rendra mengungkapkan, hingga saat ini belum ada pembahasan. Yayasan sendiri masih fokus mencari orang-orang yang bisa duduk di jajaran komisaris dan direksi PT Arema Indonesia.

Mantan Asisten Manajer Arema, Muhammad Taufan mengatakan, manajemen lama sudah demisioner. Pengurus dan jajaran manajemen Arema yang statusnya pegawai Bentoel dikembalikan ke Bentoel untuk menangani bisnis rokok. Namun, jika diminta yayasan baru, tentunya keputusannya ada di jajaran petinggi Bentoel. "Ya kami terserah pimpinan Bentoel," kata Taufan. (gus/yn)

wes, wes... opo perlu ayas sing dadi menejer he?

ngene ngene ayas yo pengalaman dadi menejer lho, masiyo mung menejer warnet