Kerusuhan mungkin sudah menjadi tradisi di sepak bola Indonesia. Format liga baru dengan title Indonesia Super League (ISL) ternyata belum bisa mengubah mental/kalakuan suporter tanah air ini. Kejadian terakhir yaitu rusuhnya suporter dari Persib Bandung yang dikenal dengan nama Bobotoh/Viking/Boomber. Kenapa suporter kita sering melakukan tindakan-tindakan anarkis dan berakhir dengan kerusuhan.
Alasan yang sering muncul yaitu karena ketidakpuasan karena tim yang di dukung mengalami kekalahan, apalagi di kandang sendiri. Dan, jika
yang mengalahkan itu adalah rival abadinya. Alasan lainnya yaitu loyalitas sebagai suporter. Memang, loyalitas memang diperlukan untuk mendukung tim yang diidolakan, Kepemimpinan wasit yang tidak tegas, dan juga dendam antar kelompok suporter juga menjadi salah satu alasan mengapa sering terjadi kerusuhan di sepak bola.
Tetapi, apakah alasan-alasan seperti itu dibenarkan jika terjadi kerusuhan didalam pertandingan sepak bola? Sebenarnya kerusuhan hanya akan merugikan Klub, suporter secara kelompok, maupun suporter secara individu, dan juga berimbas pada orang lain yang mungkin saja
tidak ada hubungannya dengan sepakbola itu sendiri. Pertama, klub pasti di denda jika suporternya berbuat rusuh pada saat pertandingan
baik itu denda dalam bentuk uang sampai puluhan juta rupiah, ataupun larangan usiran partai kandang, yang jelas akan mengurangi pendapatan
dari penjualan tiket pertandingan (jika memang komdis bersikap tegas).
Untuk kelompok suporter juga akan mengalami kerugian, seperti pendukung Arema Malang (Aremania) atau pendukung Persib Bandung
(Bobotoh/Viking/Boombers) mereka dlarang masuk keseluruh stadion di Indonesia (antara1 -2 tahun) jika memakai atribut masing2 suporter, bisa dibayangkan jika kita sebagai suporter di hukum seperti itu. Dan selanjutnya untuk sebagai individu jika kita berbuat kerusuhan itu
merupakan sebuah tindakan kriminal dan jelas melanggar hukum, apapun itu alasannya, dan pasti jika kita bertindak melawan hukum, mungkin
kita kita bisa berurusan dengan pihak yang berwajib. Orang lain pun juga bisa kena dampak kerusuhan itu, seperti kejadian di Bandung,
hanya karena pake mobil ber plat-B maka mobil mereka dirusak, walaupun mereka sebenarnya tidak tau menahu. atau warung-warung atau rumah warga yang rusak karena menjadi target pelemparan baru oleh oknum-oknum suporter yang tidak bertanggung jawab. Dan, siapa yang rugi? banyak sekali yang dirugikan karena kerusuhan.
Jika kita bisa berfikir lebih dewasa, maka kita mungkin dan pasti bisa menghindari kerusuhan suporter di dalam sebuah pertandingan sepakbola.
Apa keuntungan yang bisa kita dapatkan dari berbuat rusuh dan anarki? toh jika kita protes, melempari pemain/wasit/ofisial/kelompok suporter lain tidak akan mengubah hasil, jika tim kita kalah ya tetap kalah, dan ulah yang diperbuat
suporter itu apa akan merubah hasil akhir? apa akan merubah keputusan wasit? tidak akan, malahan kita akan mendapatkan hukuman. Klub-klub besar di eropapun juga sering mengalami kekalahan dikandang.
Tapi itu tidak menghalangi mereka untuk menjadi juara di akhir musim. Jika di eropa sedang dikampanyekan anti rasisme di sepak bola, tapi kita di Indonesia juga harus mengkampanyekan anti kerusuhan di sepakbola, karena masih sering kita lihat terjadinya kerusuhan di sepakbola kita. Jika Aremania merupakan leader kelompok suporter yang atraktif, dan Walaupun tim kebanggaan kita hanya di divisi utama, mari kita jadikan Slemania sebagai leader kelompok suporter yang mengkampanyekan suara perdamaian dan anti kerusuhan.
Kita harus mendukung tim dengan pikiran yang lebih dewasa, kalahkan ego, kita terima dengan lapang dada hasil akhir pertandingan, kita hilangkan yel-yel dan nyanyian provokasi, dan mari kita menjadi suporter yang baik, walaupun kita bukan suporter terbaik. Dengan memulai meneriakkan kedamaian dari bumi Sleman, semoga kerusuhan di
dalam sepakbola Indonesian akan segera menghilang, dan liga di Indonesia benar-benar liga sepakbola yang no anarhcy, no riot, no racism and just football...
sumber : www.slemania.or.id